Jumat, 30 November 2012

Masalah Sistem Pendidikan Kita

Perlu Dipikirkan. Silahkan bagi pemikiran Anda di kolom komentar.

Sering kita melihat bahwa sampai selesai seluruh perkuliahan seorang mahasiswa belum mampu menetapkan masalah untuk penelitiannya. Salah satu sebab dari kejadian ini adalah proses perkuliahan yang memang tidak sesuai untuk mendidik peneliti yang berorientasi kepada struktur berpikir dan bukan semata analisis bersifat teknis. Hal ini diperburuk lagi keadaannya dengan kecenderungan untuk memberikan mata kuliah sebanyak-banyaknya dan bukan sedalam-dalamnya sehingga tujuan yang harus tercakup dalam proses pendidikan makin lama makin jauh. (FILSAFAT ILMU sebuah pengantar populer hal. 322 ~ Jujun S. Suriasumantri)

Kamis, 29 November 2012

#Puisi 27 November 2012

(1) Kutulis surat sepucuk. Kubaca berita sepenggal. Kulipat kertas secarik. Kurangkai bunga bertangkai. Kuucap kata sepatah.

(2) Kuminum anggur segelas. Kumakan semangka sepotong. Kucinta engkau seorang. Kutangkap burung seekor. Kuracik ramuan sekuali.

(3) Kuhirup udara sehelaan. Kulihat bintang sekerlip. Kupandang matamu sekedipan. Kubawa pisang setandan. Kubunuh lalat seekor.

(4) Kuucap cinta sekata. Kupanggil namamu beribu kali. Kuselami lautan ratusan kali. Kuhabiskan sisa umurku denganmu. Itu yang kumau.

Langit malam sekali kelam. Langit siang panas menggarang. Cahaya menghilang hujan datang. Membawa luka dan kasih sayang.

Cahaya gemintang bersinar terang. Tetiba awan bergulung mencuri gunung. Gegara itulah bulan tertelan. Membawa malam seolah tenggelam.

Kupinta mati tuan tak beri. Kupinta harta tuan tak beri serta merta. Kupinta berhenti tuhan malah terus memberi. Ah tuan baik sekali.

I am left alone, you're gone. I'm perished twice. I'd say if I want. I didn't want be nice. If it's cracked my bone while you notice.

Minggu, 18 November 2012

#Puisi Hujan (yang Kesekian Kali)

Hujan menerangkan betapa jauhnya kita. Betapa dinginnya hawa yang menyelimutiku, mengingatkan jauhnya dikau. Hujan adalah dinding yang memisahkan kita.

Hujan akan mengiringimu salamku. Mengirimkan salam hangat. Hujan merupakan perantara salam hangatku padamu.

Sabtu, 17 November 2012

#Esai 5 cm, Pevita Pearce yang tak Terlupakan

13 November 2012

"Hari yang indah" kupikir begitu bukan karena hari ini berawan, mendung, dan akan turun hujan. Kupunya jemuran. Melainkan karena apa yang terjadi di siang hingga sore. Hari yang indah tidak saja susah dilupalakan tetapi juga menimbulkan perasaan bahagia.

Pukul sebelas Fia, teman sekelasku, mengajakku hadir di acara yang diadakan di kampus Fikom seusainya kelas. Dia akan pulang dulu ke kosannya dan akan berangkat ke tempat berlangsunnya acara bersama teman-temannya. Aku diminta menunggu di kampus. Kelas berakhir pukul dua belas, lebih cepat tiga puluh menit dari seharusnya.

"Toyib tggu di fikom skrg ya. Aku otw fikom"

"Ok," kubalas dengan singkat.

Masih ada waktu setengah jam sebelum acara dimulai. Solat lalu makan, memenuhi kebutuhan jiwa lalu raga. Jarak kampusku ke Fikom tidaklah jauh, jadi makan batagor bisa dilakukan sambil berjalan kaki.

"Disebelah mana?

Toyib deket pos satpam fikom"

Aku sendirian di kampus orang lain, ku sms Fia untuk memastikan aku tidak tersesat.

"Oke bentar ya.." Berarti harus menunggu beberapa waktu. Aku sendiri, namun tak lama dia datang bersama dua teman cewenya. Kami berempat pun segera ke gedung Moestapa Fikom, ya acaranya diadakan di gedung itu, di lantai empat.

Pukul satu siang, ternyata sudah banyak orang di dalam ruangan. Antusiasme yang tinggi. Oh, bukan acara nonton film ternyata, melainkan Roadshow film yang dimaksud. Disponsori oleh Pertamax Pertamina, maklum jika di bawah tadi kulihat spanduk-spanduk Pertamax dan Pertamina dibentangkan.

Mengisi daftar hadir dan mendapat snack, petugas di meja pendaftara peserta juga memberikan selembar kertas licin dengan warna merah mendominasi pewarnaannya. Tercetak tulisan "Apa Idemu untuk Indonesia yang lebih baik?" di atasnya.

Kami berempat memilih untuk duduk di deretan kursi sebelah kiri barisan tengah. Di depan kami , tepat di tengah-tengahnya terbentang spanduk Roadshow 5 cm dengan Pertamax sebagai sponsor utamanyama. Acara dimulai pukul satu lebih beberapa menit, dipandu seorang mahasiswa berambut kribo dan seorang mahasiwsi berambut sebahu. Mereka berdua kocak. Peserta disuguhi Tari Saman sebagai hiburan. Perwakilan Pertamax kemudian dipanggil ke atas panggung. Selebihnya dibicarakan "Apa Idemu untuk Indonesia lebih baik," jargon dan slogan Pertamax. Layar proyektor yang kecil di sudut kanan ruangan terus-menerus menayangkan iklan pertamax bernuansa etnis, versi tarian tradisional Indonesia.

Apa? Para pemain 5 cm the Movie akan hadir? Para peserta, terutama peserta cewe, berteriak dan menjerit histeris ketika nama Fedi Nuril disebutkan. Pevita Pearce juga akan hadir? Kedua pemain film itu, yang idenya untuk Indonesia ditayangkan berulang-ulang di proyektor, akan hadir di sini?

Selain keduanya, pemeran utama 5 cm yang lain juga akan mengisi acara. Denny Sumargo, Igor Saykoji, dan Raline Shah termasuk penulis novelnya Donny Dhirgantoro. Sayangnya Herjunot Ali, pemeran utama lainnya, tak bisa hadir. Jangan lupakan sosok ibu-ibu yang kelihatannya masih muda dari PH Soraya Film, yang selama acara berlangsung dipanggil Bunda. Acara berlangsung seru, penuh teriakan dan aksi jeprat-jepret kamera hape peserta. Bunda, kang Donny dan Lima pemeran utama 5 cm berbagi kisah suka-duka selama syuting, pra produksi film dan Denny yang kocak itu seperti mendongeng di hadapan ratusan peserta. Dia menghipnotis peserta dengan tingkahnya.

Dua orang peserta telah bertanya dan sebagai hadiahnya di berikan goodie bag. Kesempatan ketiga untuk peserta bertanya, kuacungkan tangan kanan dan Oh My God! Pevita memilihku sebagai penanya berikutnya. Aku maju dan Pevita menggandeng tanganku. Oh My God!

Aku dipersilahkan bertanya. Di depan aktor dan aktris 5 cm, di depan Bunda, di depan dua ratusan orang peserta aku berdiri. Di hadapan Pevita Perce aku berdiri. Kupegang mik, aku tak gugup untuk memperkenalkan diri dan bertanya. Sebagai imbalan pertanyaanku, Pevita Perce menyerahkan goodie bag, aku difoto bersama Pevita. Dia juga memberiku kecupan goodbye menggunakan tangannya. Aku melayang. Segera ku turun ke bumi, turun dari panggung yang tingginya tak lebih dari dua anak tangga. Bergegas ke tempat dudukku. Sebelum turun kulambaikan tanganku a la putri Indonesia, yang salah satunya ada di sini sebagai pemeran filmnya.

Oh My God! Hari yang indah, Pevita Perce dari film Lost in Love yang mengagumkan. Kini ia terlihat lebih dewasa, tuntutan peran mungkin.Tapi, untuk semuanya kuucapkan terima kasih. Pevita, kita berjumpa. Semoga lain kali kita bisa berjumpa lagi di lain hari yang sama indahnya dengan hari ini.

Rabu, 14 November 2012

#Poet DARK AND BLIND

I take the risks for doing the mistakes

How could you enjoy them as sweet as milkshakes?

I don't mind, I don' take care

If I should go or you take me to go to anywhere

I lost my mind, I lie in such as I am blind

It was so dark, you do as it could be marked I am blind, so you are lying

I am groaning, so you are enjoying

I am soring, so you are not worrying

You are sucking, I am crying.

#Puisi NAMA CINTA

Demi dewa dewi Yunani yang diturunkan tahtanya dari langit ke gunung Olympus, aku menginginkanmu sampai kau mampus.

Jika aku adalah penentang Zeus, di zaman itu aku akan disambar petirnya sampai hangus.

Aku harus bertahan dalam perang melawan dewa, sampai ragaku tak lagi berjiwa.

Entah ke mana cinta harus ku bawa, atau perasan lain dalam hati ke pada engkau yang jumawa.

Rasa ingin memilikimu ku bawa dari taman ke taman, melalui berbagai waktu dari zaman ke zaman.

Memilikimu seperti menanam mawar berduri di sebuah taman, memberikan rerumputan hijau seorang teman.

Pastilah kau tahu, Homer si penulis Illiad dan Oedipus itu, ah, namaku tak tertulis di situ.

Benar namamu terpahat di sisi hatiku, lalu aku bertanya: "Apakah namaku tercoret di dadamu?"

Senin, 12 November 2012

#Esai SAYA PEMIMPI, SAYA BERMIMPI INDAH

MIMPI-MIMPI INDAH UNTUK DIWUJUDKAN

Pernah diikutkan dalam lomba penulisan PSSF-Alumnus.

Saya lahir dan besar di kecamatan Wado, kabupaten Sunedang, provinsi Jawa Barat. Lebih tepatnya saya lahir di desa Bunter tetapi kemudian pindah ke desa Cikareo Utara. Saya tumbuh besar di sana untuk seterusnya. Kampung halaman saya memang tidak terlalu terkenal, tetapi itu tak mengapa. Saya senang dan mencintai tempat saya dilahirkan dan debesarkan. Dari sanalah kehidupan saya bermula. Segala tentang saya diawali dari sana.

Saya adalah anak keluarga petani. Ibu dan bapak saya petani. Keluarga saya adalah keluarga petani. Hanya saja bukan petani yang mengolah tanahnya sendiri. Ibu dan bapak saya adalah buruh tahi. Lalu apa yang bisa diharapkan oleh seorang anak keluarga buruh tani? Apa yang bisa diharapkan dari seorang anak tani. Kemungkinan terbesarnya adalah si anak itu juga menjadi buruh tani sama seperti kedua orangtuanya. Kecuali kalau dia memiliki bermimpi dan dia bisa mewujudkan mimpinya itu. Maka dia bisa menjadi seseorang, mengangkat harkat martabat keluarganya. Dan itulah mimpi saya, bersekolah tinggi demi mengangkat derajat keluarga saya. Memberikan kehidupan yang lebih baik lagi bagi keluarga saya. Apalagi saya adalah anak tertua sehingga sayalah yang nantinya kemudian menjadi tulang punggung keluarga. Dan saya adalah seorang laki-laki yang tentu saja akan menjadi kepala keluarga setelah saya menikah dan mempunyai keluarga sendiri.

Apa yang membuat saya begitu ingin bersekolah padahal saya baru berusia sekitar lima tahun? Tidak ada hal lain menarik minat saya untuk segera bersekolah pada waktu itu selain buku. Ya, buku memang menarik minat saya dan membuat saya penasaran. Saya penasaran terhadap isi sebuah buku. Apalagi anak berumur lima tahunan akan tertarik terhadap buku dengan sampul menarik. Apalagi saudara-saudara sepupu saya sudah hampir semuanya bersekolah. Dan secara sengaja maupun tidak, terasa ataupun tidak saudara-saudara sepupu saya membuat saya iri untuk segera bersekolah. Dan teman bermain saya sudah lebih dulu bersekolah. Jadi, semua faktor tersebut di atas tersebut membuat saya masuk sekolah di usia sekitar kurang lebih enam setengah tahun. Betapa masih polosnya saya ketika itu. Namun akhirnya, saya diterima juga sebagai siswa sekolah dasar walaupun sebenarnya masih dibawah umur minimal masuk sekolah dasar yaitu tujuh tahun.

Saya merasa sangat senang dan sangat bangga di hari pertama saya memakai seragam khas sekolah dasar: putih merah. Hari pertama masuk sekolah SD Negeri Cikareo II benar-benar menyenangkan bagi saya. Seperti hendak mendapatkan durian runtuh saja. Bahkan sebelum hari itu tiba, saya sudah sangat sering bermimpi indah tentang bagaimana atau betapa indahnya hari-hari saya bersekolah. Buku, seragam putih-merah, guru-guru, teman-teman, halaman sekolahnya, ruang kelasnya, papan tulisnya, meja-meja serta kursi-kursi di dalam kelas sudah lebih dulu saya mimpikan. Semuanya sudah saya alami dalam setiap mimpi yang datang setiap malam. Betapa manisnya. Mimpi-mimpi yang tak lama kemudian bisa terwujud.

Saya biasa berangkat sekolah sendiri. Cukup dengan jalan kaki karena jarak antara rumah dengan sekolah tidak terlalu jauh. Saya tidak pernah diantar-jemput untuk sekolah tetapi saya termasuk orang yang malas bangun pagi. Saya biasa bangun telat. Entah mengapa, padahal ibu saya selalu membangunkan saya pagi-pagi buta (waktu subuh). Dan selama saya sekolah dasar saya tidak pernah bolos, kecuali saya sakit maka saya pasti masuk sekolah. Sakit yang saya alami paling hanya demam biasa. Tapi pernah ibu jari tangan kanan saya infeksi karena teriris pisau. Parahnya, hal itu terjadi pada saat berlangsung ujian (ulangan) akhir caturwulan. Untungnya saya bisa mngatasi hal itu. Saya menulis dengan hati-hati. Betapa sakitnya ibu jari saya waktu itu ketika digunakan untuk menulis. Alhamdulilah ibu jari tangan kanan saya bisa sembuh kira-kira seminggu setelah selesainya ulangan.

Enam tahun kemudian saya lulus. Dengan sejumlah prestasi di bidang akademik yang saya raih, saya termasuk lulusan terbaik di sekolah dasar yang saya cintai itu. Berbagai macam lomba akademik saya ikuti, tentunya bukan saya sendiri yang berinisiatif untuk ikut lomba-lomba tersebut. Guru kelas sayalah yang menunjuk saya untuk mengiikuti lomba tersebut. Dan saya sangat berterimakasih untuk itu. Belakangan saya tahu lomba apa yang saya ikuti, yang ternyata saya mengikuti Olimpiade Sains Nasional. Suatu olimpiade bergengsi di dunia pendidikan Indonesia meskipun gaung pencarian bakat bidang akademik seperti olimpiade sains yang diselenggarakan oleh pemerintah lewat Departemen Pendidikan Nasional semacam ini, kalah dibandingkan dengan gaung lomba-lomba pencarian bakat lainnya seperti lomba menyanyi yang diselenggarakan oleh stasiun-stasiun tv swasta tanah air. Saya merasa betul-betul beruntung bisa menjadi bagian dari perhelatan akbar pencarian bakat bidang akademik nasional ini.

Pertama kali saya mengikuti Olimpiade itu ketika saya duduk di kelas empat sekolah dasar. Dan ini menjadi awal saya sebagai peserta OSN di tiap jenjang pendidikan. Saya menjadi peserta Olimpiade Sains Nasional tingkat Sekolah Dasar di bidang MIPA bersama dua teman sekelas saya. Ada satu pertanyaan yang menurut saya penting: mengapa saya mengikutinya di bidang MIPA? Padahal saya sebenarnya lebih senang pelajaraan IPS. Kemudian setelah itu rutin setiap tahun saya menjadi perwakilan sekolah. Tapi tidak ada alasan untuk menolak karena saya tak mungkin ikut olimpide olahraga, saya paling tidak suka kepada mata pelajaran olahraga. Saya juga tidak suka berolahraga.

Dua tahun berturut-turut saya hanya mampu lolos hingga tingkat kabupaten dan kota dan menjadi juara pertama. Lalu di tahun ketiga saya bisa masuk tingkat provinsi. Sayangnya saya tidak menjadi juara satu ataupun minimal juara dua seprovinsi untuk mewakili provinsi Jawa Barat di perhelatan Olimpiade Sains Nasional tingkat Nasional di Balikpapan, Kalimantan Timur. Seandainya saya menjadi juara saya pasti bisa merasakan terbang dengan pesawat ke Balikpapan. Tak mengapa, bisa menjadi peserta OSN tingkat Provinsi pun sudah merupakan sebuah prestasi yang luar biasa bagi saya. Karena saat itu saya sedikitpun tidak pernah memimpikan bahwa saya akan menjadi seorang siswa berprestasi. Ini bukan mimpi saya, tetapi menjadi pendorong semangat saya untuk terus berprestasi dan terus meningkatkan prestasi yang telah saya capai. Dan hal itulah yang bisa saya anggap sebagai mimpi besar yang saya punyai ketika itu.

Prestasi saya di kelas dari tahun ke tahun semakin membaik. Ketika saya masih duduk di bangku kelas satu, saya tidak mendapat peringkat di kelas. Duduk di kelas dua peringkat saya naik menjadi peringkat ke delapan. Kemudian ketika saya duduk di kelas tiga peringkat saya naik lagi menjadi peringkat ketiga. Serta seterusnya, saya tidak pernah tidak mendapat peringkat di lima besar. Dan saya bisa mendapatkan peringkat pertama waktu saya kelas enam.

Saya menjadi bisa memiliki prestasi seperti itu hanya karena saya adalah seorang kutu buku, guru kelas saya bilang seperti itu. Dan itu adalah julukan yang saya dapatkan pertama kali di sekolah dasar. Dan saya senang mnedapatkan julukan tersebut. Karena saya memang senang membaca buku. Saya betul-betul jarang keluar rumah. Saya menjadi orang rumahan. Sepanjang waktu saya habiskan di rumah dan membaca terutama buku-buku paket acuan pelajaran di sekolah. Bahan apapun saya baca. Istilahnya koran bekas bungkus terasi pun saya baca, kata kepala sekolah SD saya. Rasa keingintahuan yang saya miliki begitu sangat besar. Tepatlah jika dikatakan semakin banyak yang kita tahu maka semakin besar pulalah apa yang ingin kita ketahui. Semakin banyak ilmu yang kita teguk, semakin hauslah kitaa akan ilmu pengetahuan. Dan saya mengalaminya sendiri.

Saya ingat waktu itu saya menjadi yang paling rajin berkunjung ke perpustakaan sekolah yang benar-benar sepi pengunjung dan sangat tidak terawat. Selain karena letaknnya yang sangat tidak strategis, perpustakaan tersebut berada dipojok sekolah dan berdekatan dengan wc. Sehingga menjadikannya tempat yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan. Waktu istirahat saya pergunakan untuk berkunjung ke perpustakaan untuk membaca buku yang ada di sana. Sore hari pun saya sering datang ke perpustakan itu, karena jarak antara sekolah dan rumah saya begitu dekat, untuk sekadar membaca beberapa buku di sana dan kadang kala saya membawa beberapa buku ke rumah untuk kemudian dibaca di rumah.

Kemudian suatu hari turun hujan begitu lebatnya. Atap perpustakaan bocor sehingga air membanjiri perpustakaan dan buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah saya itu basah dan rusak. Saya sangat menyayangkan hal tersebut terjadi.

Seandainya ada sesuatu yang bisa saya lakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi dan saya bisa menyelamatkan semua buku yang ada. Seandainya saya punya uang lebih untuk melakukan semua itu. Dan kenyataannya saya tidak bisa melakukan apapun. Dan begitulah rasa cinta saya terhadap membaca buku tumbuh. Menyikapi kejadian tersebut saya kemudian membulatkan tekad: saya bertekad ingin membangun sebuah perpustakaan pribadi sebagai tempat saya menyimpan, menjaga, dan merawat koleksi buku-buku saya kelak. Ini mimpi saya: saya ingin menjadi kolektor buku, sesuatu hal yang tidak bisa saya lakukan saat itu. Permasalahan satu-satunya adalah saya tidak punya cukup biaya untuk itu atau secara kasar bisa dikatakan: uangnya dari mana, saya tidak punya uang. Saya tidak punya uang dan saya masih belum bekerja. Saya terus memendam keinginan itu. Hanya tinggal menunggu waktu untuk itu dan saya yakin saya bisa mewujudkan cita-cita saya itu.

Lulus sekolah dasar saya lalu masuk sekolah menengah pertama (Sekolah Menengah Pertama). Awalnya saya ragu saya bisa melanjutkan sekolah dikarenakan saya takut orang tua saya tidak bisa membiayai sekolah saya. Saya ragu karena dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk biaya bersekolah di Sekolah Menengah Pertama. Saya juga harus memilih apakah saya akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama atau ke MTs (Madrasah Tsanawiyah, sekolah menengah pertama yang islami). Ya, pilihan saya adalah saya ingin masuk Sekolah Menengah Pertama (Sekolah Menengah Pertama) favorit di kecamatan saya SMP Negeri I Wado. Tetapi ternyata saya tidak perlu .khawatir akan hal itu, Untungnya orang tua saya memperbolehkan saya untuk memilih. Untuk urusan biaya, saya mendapatkan bantuan dari kepala sekolah SD saya. Saya juga masih melakukan hal yang kurang lebih sama seperti ketika saya duduk di bangku sekolah dasar: menjadi kutu buku, gemar membaca dan rajin berkunjung ke perpustakaan sekolah.

Perpustakaan sekolah menengah pertama saya hanyalah berupa ruangan sempit, boleh dibilang itu hanyalah berupa sebuah gudang buku. Seingat saya hanya beberapa guru saja yang sering datang ke perpustakaan tersebut. Hanya sekitar dua atau tiga orang guru bahasa Indonesia saja yang sering saya temui ada di perpustakaan itu. Tetapi walau bagaimanapun bagi saya yang penting saya bisa memanfaatkan buku yang ada di sana untuk saya baca dan saya pinjam untuk dibawa dan dibaca di rumah saya. Sehingga saya juga menjadi orang yang tidak susah untuk belajar dan mengerti pelajaran di sekolah.

Jarak Sekolah Menengah Pertama saya lumayan agak jauh dari rumah, jadi saya naik angkot menuju sekolah. Saya juga selalu berangkat sendiri. Saya memang selalu berangkat sendiri karena saya memang masih puya kebiasaan buruk ketika saya masih sekolah dasar dulu. Saya massih selalu bangun kesiangan sehingga tidak ada teman yang mau menunggui saya. Tetapi saya tidak pernah sampai terlambat masuk kelas.

Saya memiliki pemikiran yang banyak teman saya menentang saya. Saya sangat tidak menyukai aksi teman-teman saya di kelas: contek mencontek. Saya benar-benar tidak ingin teman sekelas saya mencontek pekerjaan rumah saya ataupun jawaban ulangan dan ujian saya. Sehingga teman-teman sekelas saya menjadi menjauhi saya karena karena hal tersebut. Mengapa tak ada seorangpun yang sepemikiran dengan saya? Saya tahu alasannya: mereka semua tidak pernah melakukan apa yang saya lakukan: belajar dengan sungguh-sunggguh. Apakah mereka memang tidak pernah belajar? Ataukah mereka memang tak ingin belajar sungguh-sungguh? Saya tidak tahu tetapi yang jelas mereka tidak pernah mau mengerti bahwa mencontek itu perbuatan yang tidak baik. Mencontek merupakan cerminan tindakan koruptif dan manipulatif. Entahlah, pendapat saya ini tidak ada yang menerima. Walapun ada beberapa orang yang dekat dengan saya senagai teman saya tetapi mereka tetap saja selalu mencontek pr dan ulangan kepada orang lain tentunya karena saya tidak pernah mengijinkan mereka mencontek pekerjaan rumah saya dan jawaban ulangan saya.

Saya juga pernah hampir berdebat dengan guru fisika saya karena satu soal fisika yang sebenarnya saya bisa menjelaskan kepadanya. Saya memang mengerti soal tersebut serta bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi saya kurng mampu mendebat seseorang apalagi itu adalah guru saya walaupun saya memang benar. Saya tidak tahu ada apa dengan saya, tapi mungkin itulah sifat alami saya. Selain itu sifat alami saya yang lain yaitu saya sedikit canggung di depan umum. Saya selalu merasa demam panggu g di depan orang banyak.

Dan saya juga bisa meraih prestasi di sekolah menengah pertama. Saya menjadi perwakilan sekolah dalam Olimpiade Sains Nasional Tingkat Sekolah Menengah Pertama pada saat saya duduk di bangku kelas dua (kelas VIII menurut kurikulum terbaru) di bidang Fisika. Dan saya berhasil menjadi peserta tingkat nasional. Sebuah prestasi yang menggembirakan bagi semuanya. Dan saya bisa. Tentu ini berkat banyaknya saya membaca buku. Karena menurut saya belajar tidak hanya duduk manis di sekolah melainkan belajar adalah ketika kita menerima pengetahuan baru salah satunya dengan membaca buku. Saya merasa bahwa saya lebih banyak menerima pengetahuan baru lewat buku ketimbang mendapatkannya di kelas. Menjadi peserta OSN tingkat nasional sempat membuat saya tak percaya terhadap kemampuan yang saya miliki. Dan kenyataan ini adalah bukti bahwa saya memang mampu. Serta ini merupakan sebuah kesempatan yang bagus untuk membuktikan bahwa saya bisa mewujudkan mimpi saya ketika sekolah dasr bahwa saya bisa berbuat lebih. Tetapi yang jelas ini merupakan sebuah pengalaman yang betul-betuk sangat berharga bagi saya.

Sebelum OSN tingkat nasional diselenggarakan, saya ikut pelatihan dan pembinaan olimpiade sains se-Jawa Barat dan Banten di Institut Pertaanian Bogor (IPB). Persiapan yang matang saya dapatkan dari pelatihan dan pembinaan ini. Tidak hanya para siswa olimpiadewan saja yang mendapat pelatihan dan pembinaan, para guru pembimbing pun mendapat pelatihan dan pembinaan yang sama. Setiap sekitar dua bulan sekali selama enam bulan semua peserta olimpiade se-Provinsi Jawa Barat berkumpul di IPB Bogor untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan serta mengikuti evaluasi bersama selama sekitar dua hingga tiga hari. Sedangkan per dua minggu selama dua bulan dilaksanakan pelatihan dan evaluasi sublokal per daerah. Hal ini dilaksanakan demi meningkatkan kemampuan seluruh peserta olimpiade. Ini juga merupakan sebuah kesempatan bagi saya unuk merasakan jalan-jalan ke kota Bogor. Saya menjadi tahu seperti apa daerah Puncak Bogor itu, di mana lokasi kampus-kampus IPB, serta saya dapat bertemu dengan para peserta olimpiade dari berbagai daerah di Jawa Barat. Itu semua adalah pengalaman berharga bagi saya. OSN tingkat nasional kali itu diselenggarakan di Semarang, ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Banyak pengalaman yang saya dapatkan dari sana. Saya menjadi tahu daerah yang benar-benar saya tidak kenal. Saya juga berkunjung ke Candi Borobudur untuk pertama kalinya. Tetapi saya dan para peserta OSN lainnya tentunya lebih banyak bepergian di area sekitar kota Semarang. Sehingga saya yang sama sekali jarang bepergian jauh menjadi tahu seperti apa kota Semarang itu.

Bagi saya, Semarang adalah kota kecil yang asri dan ramah. Kapan lagi saya bisa berkunjung lagi ke sana. Sungguh, saya benar-benar ingin kembali lagi ke sana. Selain itu, dari perhelatan OSN ini saya bisa mengenal siswa-siswi olimpiadewan dari seluruh Indonesia. Sehingga saya memiliki cukup banyak kenalan dari seluruh Indonesia. Meskipun hanya sebagian kecil saja yang sempat berkenalan dengan saya. Saya benar-benar ingin kembali lagi ke sana. Dan itu menjadi impian saya yang saya rasa harus segera diwujudkan. Saya ingin mengulang kembali hal-hal baik yang telah terjadi.

Selang tiga bulan setelah mengikuti OSN saya sakit yang cukup keras. Saya ternyata menderita tekanan darah tinggi. Ibu saya mengidap penyakit yang sama, sehingga bisa disimpulkan ini memang penyakit keturunan. Hingga saya sempat tidak bisa melakukan apa pun kecuali berbaring di tempat tidur selama kurang lebih tiga hari lamanya. Pernah ketika saya pikir sakit yang saya alami belum terlalu parah saya paksakan untuk berangkat ke sekolah. Saya kemudian jatuh di kelas saking tidak kuatnya menahan rasa pusing. Kepala saya rasanya mau pecah. Benar-benar saya tidak kuat menahan rasa sakitnya. Hingga saya diantar pulang oleh seorang teman sekelas saya. Selama dua minggu kemudian saya tidak masuk sekolah. Setelah sembuh dari sakit saya masuk sekolah lagi dengan rajin dan semangat.

Saya juga mulai suka dengan dunia tulis menulis ketika saya menjadi siswa sekolah menengah pertama. Membaca buku-buku ilmiah terjemahan membuat saya ingin melakukan sesuatu seperti meneliti dan menemukan sesuatu secara ilmiah yang baru lalu menuliskannya seperti mereka. Buku-buku yang saya senangi terutama buku-buku ensiklopedi karena saya bisa mendapatkan segala macam pengetahuan hanya dengan membaca satu buku. Saya juga mulai mengenal kesusastraan di sana. Beberapa karya novel Indonesia yang sempat saya baca saya dapatkan di perpustakaan tersebut. Seperti novel-nevel karya N. H. Dhini saya menemukan beberapa di sana. Saya mulai coba-coba menulis sesuatu seperti puisi dan cerita pendek. Saya juga sempat mencoba menulis sebuah novel tetapi tidak berhasil. Tetapi rupanya saya lebih mahir menulis puisi daripada cerita walaupun belum ada satupun puisi tulisan saya yang diterbitkan. Bahkan tak ada orang lain yang membaca apa yang say tulis itu. Segala hasil tulisan saya hilang entah kemana tertumpuk berdebu dan mungkin telah dimakan rayap. Menulis novel menjadi satu diantara beberapa cita-cita yang ingin saya wujudkan. .

Di akhir tahun saya duduk di Sekolah Menengah Pertama saya ikut darma wisata ke Yogyakarta yang diadakan sekolah. Saya kebali mengunjungi Candi Borobudur untuk kedua kalinya. Mengunjungi beberapa tempat yang menarik disekitar Yogyakarta seperti Gua Ayah di Kebumen, Istana Kesultanan Nganyogyakarat Hadiningrat, dan pasar Malioboro. Kami sebenarnya ingin ke pantai Parangtritis, tetapi mengingat waktu itu masih hangat-hangatnya isu gempa yang baru saja melanda Yogyakarta kami mengurungkan niat kami. Kami masih takut dan khawatir bila nantinya akan terjadi gempa susulan dan kemudian terjadi tsunami di sana. Bagi saya kegiatan darma wisata itu tidak menyenangkan. Saya memang kurang menyukai acara tur seperti ini. terlalau tidak menarik buat saya. Terlalu membosankan. .

Saya lulus Sekolah Menengah Pertama dan saya ingin melanjutkan sekolah saya ke Sekolah Menengah Atas favorit di kota saya, SMA Negeri I Sumedang di pusat kota. Sayang, walaupun ada tawaran bebas biaya masuk tetapi tidak ada tawaran bebas untuk biaya seterusnya. Saya sungguh sangat ingin masuk ke Sekolah Menengah Atas favorit tersebut tapi apa daya orang tua saya tidak bisa membiayai saya. Dan tidak ada bantuan sama sekali dari siapa pun. Saya sempat putus asa, putus harapan untuk bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Saya sudah pasrah. Mungkin saya akan bekerja sebagai buruh atau kuli di pabrik penggilingan padi di desa saya walaupun saya tidak punya keahlian untuk itu. Saya tidak terbiasa bekerja. Yang saya sangat bisa hanyalah sekolah dan belajar. Dan hanya itu yang bisa saya anggap sebagai keahlian saya. Sehingga saudara-saudara saya mengatan bahwa saya tidak cocok bekerja di sawah seperti seorang petani, saya lebih cocok bekerja di perkantoran. Duduk diam di depan komputer dan mengetik atau pekerjaan apapun yang semacam itu. Lagi pula, saya hanya berprestasi di bidang akademik. Apa jadinya nanti jika saya berakhir menjadi seorang kuli pabrik? Yang saya pikirkan hanyalah: saya harus sekolah. Saya tidak bisa apa-apa. Saya tidak punya keahlian apa pun. Saya tidak bisa bekerja kasar seperti apa yang bapak saya lakukan. .

Keajaiban datang. Saya menganggap ini adalah keajaiban, jawaban kesusahan yang saya hadapi. Ada kesempatan bagi saya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Seorang guru tahu info mengenai tawaran beasiswa pendidikan sekolah menengah atas. Biaya pendidikan dan biaya hidup diberikan selama tiga tahun penuh. Sekolah menengah atas tersebut berlokasi di Cisarua, kabupaten Bandung Barat dekat Lembang.suatu tempat yang jauh bagi saya. Saya terima tawaran tersebut dan saya mendaftar. Lalu saya mengikutu ujian saringan masuk dan saya diterima di sana. Dan saya harus pergi. Jauh dari rumah. Jauh dari keluarga. Saya harus hidup mandiri. Inilah resiko yang harus saya dapatkan. Inilah cobaan hidup yang sebenarnya yang harus saya jalani dan alami. Dan saya harus mengahadapinya. Karena sekolah tidak pernah usai dan cita-cita harus diraih. Inilah mimpi saya yang harus saya wujudkan. Inilah alasan mengapa saya hidup. Manusia hidup untuk mewujudkan impiannya.

Saya berangkat dengan doa dan dukungan penuh dari orang tua. Saya berdoa semoga saya selalu mendapatkan kebaikan di manapun saya berada. Saya pergi menuju suatu tempat dan kehidupan yang sangat asing bagi saya. Saya harus menjalani apapun yang terjadi. Apapun. Dan saya harus siap walaupun ini merupakan sesuatu yang benar-benar baru bagi saya. Dan saya merasakan stres yang luar biasa. Saya pikir saya sudah menjadi orang gila untungnya tidak dan tidak boleh saya menjadi gila. Kalau saya gila, apa yang akan aya lakukan? Saya pasti tidak akan bisa melakukan apa-apa. Akan lebih baik saya meninggal daripada saya meenjadi orang gila. Lebih baik musnah dari pada menjadi hama. Dan hama menurut saya adalah sampah yang harus dibersihkan, dimusnahkan, dan dihilangkan. Ada banyak mimpi saya yang belum diwujudkan. Dan hidup saya masih terlalu panjang kalau haanya untuk menjadi orang gila. Saya harus bisa mewujudkan semua mimpi yang saya mimpikan, dan meraih cita-cita yang saya ingin raih. .

Hari-hari terasa berjalan lambat, selambat siput berjalan. Walaupun di sana saya punya banyak teman, tetapi saya tidak bisa membuka hati dan pikiran saya untuk orang lain. Saya selaalu merasa sendiri dan kesepian. Tubuh saya memang ada di sana tetapi pikiran saya tidak pernah hadir bersama tubuh saya. Mungkin bisa dibilang saya adalah zombie. Hidup tanpa jiwa. Menyedihkan. Saya harus membuka hati dan pikiran saya untuk diri saya sendiri baru setelah itu saya bisa membuka hati dan pikiran saya untuk orang lain. Itu menurut saya. Tapi itu memang benar. Saya tidak bisa berpura-pura senang terhadap semua yang terjadi. Saya memang sedih, tetapi saya tidak bisa menumpahkan segala rasa kesedihan saya secara blak-blakan. Saya bukan tipe orang yang suka curhat, mencurahkan isi hati kepada seseorang. Saya tidak bisa mempercayai siapapun untuk bernagi apa yang saya rasakan. Saya tidak akan bisa percaya kepada siapapun untuk menyimpan rahasia yang saya punya. .

Saya merasa seperti terbuang. Terdampar di suatu tempat di mana tak ada pertolongan. Saya sakit, bukan sakit fisik tetapi sakit secara mental dan saya tidak gila. Dan saya pernah mencoba untuk kabur dari sana. Saya sempat pulang kerumah dengan izin sakit namun saya tidak kembali lagi ke sekolah saya itu. Hingga ada jemputan dari sekolah saya tersebut. Untungnya, usaha saya itu tidak berhasil. Saya bisa mengatakan seperti itu sekarang, tetapi tidak pada waktu itu. Jelas saja karena ketika itu pikiran saya sedang kacau. Dan sekarang saya merasa beruntung bisa lulus dari sana lalu diterima di sebuah unversitas. Sekarang saya adalah seorang mahasiswa. .

Selain itu, dalam keadaan tertekan seperti itu saya masih bisa berprestasi. Saya kembali lagi mengikuti Olimpiade Sains Nasional. Kali ini saya mengambil bidang yang berbeda dengan apa yang saya geluti waktu Sekolah Menengah Pertama. Saya mengikuti OSN di bidang Ilmu Bumi (Geosains). Tetapi kali ini saya hanya bisa menjadi juara dua di tingkat Provinsi. Saya senang bisa mendapatkan teman-teman baru dari OSN ini yang bisa sedikit mengurangi beban pikiran saya. .

Dalam kegiatan OSN itu, sekolah Sekolah Menengah Atas saya menjalin kerja sama dengan sebuah sekolah Sekolah Menengah Atas yang memang memiliki hubungan historis dengan Sekolah Menengah Atas saya. mengadakan pembinaan persiapan olimpiade bersama dengan saling menjadi tuan rumah pembinaan olimpiade. Sehingga kami sering saling mengunjungi. Kami bersahabat. .

Kesenangan saya terhadap membaca buku waktu sekolah dasar dulu masih tetap menjadi hobi saya. Saya memang tidak bisa lepas dari buku dan membaca. Bagi saya seperti tidak makan jika saya tidak membaca buku sama sekali. Oleh karena itu, julukan i “kutu buku” masih pantas disematkan kepada saya. Saya senang dan bangga sekali mendapat julukan seperti itu. Karena memang begitulah saya. Si kutu buku. Buku yang menjadi favorit saya adalah serial Harry Potter dan Twilight Saga. Tidak hanya bukunya yang saya suka, saya juga ngefans kepada para penulisnya: Harry Potter oleh Joann Kathleen Rowling yang lebih populer dikenal sebagai J. K. Rowling dan Twilight oleh Stephenie Meyer. .

Alasan saya sangat menyukai novel berseri Harry Potter karya J. K. rowling adalah karena Harry Potter merupakan novel berseri mengenai perkembangan si tokoh utama (Harry Poter) dari ia berumur sebelas tahun hingga sang tokoh berumur dewasa (berumur tujuh belas tahun dan dalam epilognya diceritakan bahwa sang Harry Potter menikah dan mempunyai dua orang anak). Jenis novel ini disebut sebagai jenis Romanausbildung: novel perkembangan kehidupan sang tokoh. Sesuai dengan saya yang masih remaja belasan tahun. Sedangkan alasan saya menyukai novel berseri Twilight karya Stephenie Meyer adalah keunikan si penulis dalam penempatan sudut pandang tokoh utama yang lain dari biasanya. Twilight ditulis dengan penggunaan sudut pandang orang pertama tunggal, aku. Keunikan inilah yang membuat saya tertarik untuk membacanya dan menikmati apa yang si penulis tuangkan dalam bukunya. Serta novel berseri Twilight juga memang diperuntukan bagi remaja berusia belasan tahun seperti saya. .

Cita-cita saya adalah menjadi seorang penulis novel atau novelis. Saya menggunakan waktu luang saya untuk mencoba menulis cerita dan saya berhasil menulis beberapa cerita pendek yang belum diterbitkan. Entah kapan semua karya tulis litertur saya bisa diterbitkan. Saya jugaa masih rajin menulis puisi. Ada sekitar dua puisi saya yang aya ikutkan ke sebuah lomba penulisan puisi tingkat provinsi namun tak berhasil menjadi pemenang. Tak mengapa, yang penting saya sudah berusaha. Namun, hasilnya juga memang penting. Dan yang terutama penting itu bukan hasilnya tetapi prosesnya.

Saya juga mulai menyenangi pelajaran bahasa inggris. Saya menjadi senang karena kami waktu Sekolah Menengah Atas itu diberikan banyak waktu untuk belajar bahasa Inggrisdi dalam sebuah kursus khusus dengan empat pengajar bahasa Inggris sekaligus. Betapa besarnya kesempatan dan peluang untuk belajar bahasa Inggris ketika itu. Selain itu hal yang juga sangat membantu adalah bahwa sumber-sumber bacaan berbahasa Inggris mudah ditemukan dimana-mana. Misalnya saja ketika sedang berselancar di dunia maya hampir sebagian besarnya kita menemukan bacaan bahasa Inggris. Komputer yang kita pergunakan sehari-hari pun mengggunakan bahasa inggris. Sehingga saya menjadi senang terhadap bahasa inggris. Sehingga sebenarnya jika dihitung-hitung dan diperbandingkan antara jumlah bahan bacaan baik berupa buku maupun majalah yang berbahasa mana yang lebih banyak saya baca: pasti akan diketahui jika saya lebih banyak membaca bahan bacaan yang berbahasa Inggris. Tapi memang bisa dihitung bahan bacaan yang berbahasa Indonesia sebagian besar merupakan hasil terjemahan dari bahan bacaan berbahasa Inggris. Sehingga saya lebih menikmati membaca bahan bacaan yang berbahasa Inggris.

Apalagi kurikulum yang digunakan di Sekolah Menengah Atas saya betul-betul sangat berorientasi pada penggunaan bahasa inggris. Karena Sekolah Menengah Atas saya adalah Sekolah Menengah Atas RSBI (Sekolah Menengah Atas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) sehingga penguassaan dan penggunaan berbahasa inggris merupakan kewajiban meskipun dengan mengesampingkan penguassaan dan penggunaan bahasa daerah (bahasa Sunda). Tetapi pendapat saya: tentunya dengan tidak mengesampingkan penguasaan dan penggunaan bahasa daerah (bahasa Sunda) walaupun bahasa Inggris sebagai bahasa perhubungan internasional sangat penting saat ini.

Saya mencintai bahasa dan budaya leluhur saya: Sunda, yang saat ini bernasib tidak baik. Betapa dipojokkannya bahasa dan budaya leluhur saya ini. Sudah sangat sedikit oranng keturunan Sunda asli yang melupakan bahasa dan budaya leluhurnya: Sunda. Sudah banyak yang melepaskan identitas kesundaannya. Padahal bahasa dan budaya Sunda layak dan memang seharusnya dilestarikan. Bahasa dan budaya Sunda sama tingginya dengan bahasa dan budaya lainnya. bahasa dan budaya Sunda memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki bahasa dan budaya lainnya di dunia. Tetapi begitulah kenyataannya sekarang ini. Betapa mirisnya.

Saya juga tertarik untuk mempelajari bahasa asing terutama bahasa-bahasa Eropa. Salah satunya bahasa Jerman. Awal mula saya mulai tertarik kepada bahasa Jerman yaitu ketika menemukan buku-buku pelajaran bahasa Jerman di perpustakaan Sekolah Menengah Atas saya. Saya langsug ingin belajar bahasa Jerman tersebut. Alasan inilah yang membuat saya berminat menempuh pendidikan sastra Jerman di universitas kelak. Alasan lainnya yaitu saya sangat berminat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan dunia internasional. Dan saya tertarik dan berminat terhadap Eropa. Sehingga saya mau belajar bahasa Jerman, terutama mengetahui fakta bahwa bahasa Jerman merupakan bahasa ibu utama di daratan Eropa meskipun bahasa Eropa lain yaitu bahasa Inggris merupakan bahasa perhubungan di dunia internasional.

Saya tak ingin sekolah saya usai hanya sampai tingkat sekolah menengah atas saja. Saya juga ingin kuliah. Saya harus mampu kuliah. Saya harus mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi daripada kedua orang tua saya. Bapak saya hanya sampai Madrasah Aliyah, sekolah setingkat Sekolah Menengah Atas. Sedangkan ibu saya hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar saja Saya harus bisa. Dan peluang untuk bisa kuliah dengan beasiswa terbentang luas di depan mata. Maka, saya mencoba mendaftar dengan harapan yang begitu besar: saya diterima di perguruan tinggi pilihan saya.

Saya sangat berharap bisa mendapatkan beasiswa meskipun nilai-nilai hasil belajar saya tidak begitu bagus. Penerima beasiswa memang dipilih berdasarkan nilai tertinggi, biasanya dipilih dari ranking satu hingga ranking lima setiap kelas. Tentunya yang memperoleh peringkat nomor satu selalu mendapat kesempatan paling besar. Saya sendiri tidak termasuk hitungan tersebut. Saya tidak mendapat peringkat lima teratas. Saya bahkan tidak termasuk peringkat dua puluh besar di kelas. Tetapi saya tetap mencoba mendaftarkan diri. Tidak ada yang tahu siapa yang akan mendapat keberuntungan, bukan? Dan saya gagal mendapatkan beasiswa tersebut.

Saya tidak menyerah, saya tidak boleh menyerah dan saya tidak akan menyerah. Saya mencoba cara lain, karena saya tahu masih ada jalan lain untuk bisa kuliah. Masih ada seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri. Saya mendaftar untuk mengikuti seleksi tersebut. Semoga dengan jalan ini saya bisa kuliah. Mimpi dan harapan saya saat itu. Saya yakin saya bisa. Maka, saya siap dengan tes seleksi tersebut. Saya juga sudah siap dengan apapun hailnya nanti. Saya siap jika saya tak bisa lolos seleksi masuk pergeuruan tinggi negeri yang saya impikan.

Saya sampai rela menginap di mesjid demi mengikui seleksi tersebut. Untung sekali,DKM mesjid tersebut mengizinkan kami bertiga untuk bisa menginap di mesjid tersebut. Tetapi hal tersebut tidak menjadi soal, karena saya menginap bersama dua orang teman saya. Betapa susahnya ketika itu, tetapi betapa menyenangkannya mengenang waktu itu sekarang ini. Saya sangat bersyukur melalu jalan itu saya diberikan kesempatan bisa mengenyam pendidikan tinggi di universitas.

Namun perjuangan untuk bisa kuliah secara gratis, dalam artian kuliah dengan beasiswa, belum selesai. Setelah lulus seleksi saya harus siap bolak-balik anata rumah dan kampus untuk mengurus registraasi dan pengajuan beasiswa. Perjuangan berat tetapi hasilnya saya bisa kuliah dengan beasiswa. Beruntung bagi saya, ada suatu wadah perkumpulan mahasiswa yang memang khusus menangani pencarian beasiswa. Perkumpulan itu disebut Advokasi. Dan lagi, saya dan beberapa mahasiswa yang mencari beasiswa lainnya harus berjuang lagi untuk mendapatkan beasiswa dengan dibantu tim Advokasi mahasiswa ini. Terima ksaih kakak-kakak mahasiswa advokasi yang telah membantu kami untuk mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan kami di universitas ini.

Tetapi perjuangan saya masih belum selesai. Sekolah saya belum selesai. Saya saat ini adalah mahasiswa tingkat dua jurusan Sastra Jerman Universitas Padjadjaran. Dan orang-orang rupanya agak sedikit memandang rendah dan pesimistik terhadap jurusan yang saya pilih. Padahal semua lulusan sarjana mau apapun itu jurusannya mendapatkan kesempatan yang sama nantinya dalam karir di masa depan. Lagipula, bukankah Tuhan Allah SWT. telah menetapkan rezeki masing-masing individu makhluk hidup. Asalkan kita tidak malas untuk mencarinya. Allah SWT adalah sumber rezeki kita namun, dari mana kita mendapatkannya itulah tugas kita untuk mencarinya.

Di tahun kedua saya kuliah saat ini, entah mengapa saya menjadi merasa bosan kuliah. Entah mengapa saya merasa saya malas kuliah. Padahal saya sangat semangat untuk kuliah sebelumnya. Perasaan perasaan seperti ini harus saya lawan. Saya tidak boleh merasa bosan, jenuh, dan malas kuliah. Saya bisa kuliah sekarang ini meruoakan hasil dari perjuangan yang berat. Tidak mudah untuk bisa kuliah, apalagi kuliah gratis melalui beasiswa sehingga tak memberatkan orang tua. Lagi pula kalau saya menjadi seorang pemalas, itu sama saja saya tidak bersyukur terhadap apa yaang telah Allah SWT. berikan kepada saya. Saya harus bersyukur terhadap semua apa yaang telh saya terima dengan menjadi mahasiswa yang rajin belajar dan beribadah. Dua hal yang menjadi kewajiban seorang muslim.

Saya masih senang membaca buku. Saya juga membeli beberapa buku yang menarik bagi saya. Seperti yang pernah saya katakan saya ingin menjadi kolektor buku. Mungkin ini bisa dibilang sebagai langkah awal mewujudkan cita-cita yang saya punya itu. Buku-buku yang saya beli diantaranya: The Ghost (Writer) karya Robert Harris, dan The Lost Symbol karya Dan Brown. The Ghost (Writer) berkisah mengenai seorang penulis bayangan yang diminta untuk menulis biografi seorang manatan perdana menteri Inggris. Sedangkan The Lost Symbol bercerita tentang petualangan seorang simbolog Harvard yang harus memecahkan misteri simbologi di kota Washington D. C. Saya juga rutin membeli majalah National Geographic Indonesia satu bulan sekali. Saya senang membaca majalah National Geographic Indonesia karena majalah ini adalah majalah ilmiah yang dari sanalah saya mengetahui lebih jauh mengenai geologi, geografi, demografi, sosiologi, antropologi, serta palaeontologi. Bidang-bidang yang saya senangi. Dari National Geographic Indonesia semangat “sekolah tidak pernah usai” membara. Sekolah tidak pernah usai juga berarti terus-menerus belajar menambah ilmu pengetahuan. Karena walau bagaimanapun kita harus terus-menerus belajar. Dan sebanyak apapun ilmu yang miliki masih sangat banyak sekali ilmu di dunia yang masih belum terungkap.

Saya juga senang mendengarkan musik. Saya menyukai musik klasik sejak saya duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Atas. Musik-musik klasik seperti karya Johannes Sebastian Bach, Wolfgang Amadeus Mozart, Beethoven, Rachmaninov, Vivaldi, dan lain-lain. Musik klasik membuat saya menjadi rileks dan saya bisa melupakan masalah yang saya hadapi sejenak. Musik klasik membuat saya bisa merasa tenang. Musik klasik juga membuat saya tidak merasa galau. Serta membantu saya ketika belajar. Saya juga senang mendengarkan lagu-lagu berbahasa Inggris melatih kemampuan berbahasa Inggris saya. Mealtih pendengaran saya. Membiasakan telinga saya dalam mendengarkan bahasa Inggris. Saya senang dengan lagu-lagu karya grup Band Muse, Metric, Paramore. Lagu-lagu mereka enak di dengar. Saya juga senang mendengarkan lagu-lagu berbahasa Jerman juga. Melatih kemampuan berbahasa Jerman saya. Mealtih pendengaran saya. Membiasakan telinga saya dalam mendengarkan bahasa Jerman. Sedangkan penyanyi Indonesia yang saya favoritkan diantaranya Melly Goeslaw dan Sherina. Lagu-lagu mereka berdua tepat bagi saya sehingga saya senang mendengarkannya. Dan semua musik yang saya sukai membantu saya ketika saya belajar sendiri. Menyeimbangkan hidup saya, menetralisir stres yang saya alami, dan memberikan angin segar ide di kepala saya ketika kebuntuan dalam berfikir datang menghampiri saya.

Proses belajar saya belum selesai karena menuntut ilmu tak akan pernah selesai hingga ajal datang menjemput. Saya masih harus terus mewujudkan mimpi-mimpi yang saya miliki yang belum saya wujudkan. Serta masih ada satu cita-cita saya yang saya tempatkan sebagai cita-ccita tertinggi saya: menjadi manusia yang berguna baagi nusa, bangsa, negara, dan agama dan berbakti kepada kedua orang tua saya atas jasa-jasa mereka yang telah membesarkan saya hingga saya bisa menjadi seperti sekarang ini. Dan yang tak boleh saya lupakan adalah kedua adik saya. Saya harus bisa menyekolahkan kedua adik saya lebih tinggi dari saya nantinya. Tidak lupa pula kepada ibu bapak guru saya baik itu di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, maupun guru-guru saya di sekolah menengah atas yang atas jasa-jasa beliau saya memperoleh ilmu yang berguna dan bermanfaat.

#Puisi SAJAK? AH, INI TULISAN TENTANG SEGALA HAL

SELALU ada hal yng tak terduga terjadi dalam hidup ini. Bisa dikatakan bahwa hal yang tak terduga itu kutemukan kemudian.

SELALU ada sesuatu yang kulupakan. Padahal kutak ingin sama sekali melupakannya. Tapi akhirnya ku lupa juga akan hal tersebut.

SELALU saja kuingat yang telah berlalu. Sebenarnya kuingin melupakan semua itu. Tapi aku malah mengingatnya.

SELALU saja kumerasa dunia sepi. Pada kenyataannya di sekelilingku begitu ramai. Namun hanya aku yang merasa sepi.

MENGAPA aku begitu berbeda dengan mereka? Apa aku ingin menjadi seperti ini? Apakah aku memang harus seperti ini?

MENGAPA aku tak bisa dekat dengan mereka? Apa karena aku berbeda? Apa karena aku tetap seperti ini? Apa karena itu aku tak punya sahabat?

MENGAPA aku hidup seperti ini? Seperti melangkah tanpa arah, berlari tanpa henti, namun tanpa tujuan. Mengapa aku harus menjalani kehidupan seperti begini?

MENGAPA aku menjadi seperti ini dan tak menjadi seperti itu? Mengapa begini tetapi tidak begitu? Mengapa ini terjadi? Mengapa aku tanyakan hal ini?

HARUSKAH aku marah padamu sekarang? Haruskah kulampiaskan kemarahanku kepadamu dengan melakukan ini kepadamu? Ini semua karena kau membuatku marah kali ini. Tapi, haruskah?

AKU tahu, apa yang kau dan aku lakukan sungguhlah salah. Tapi itu menggangguku terus. Haruskah kulakukan sesuatu berhubungan dengan hal tersebut?

SEPERTI lakon karya Shakespear 'A Midsummer Night's Dream,' apa yang telah terjadi antara kita bagiku seperti sebuah mimpi dan hayalan semata.

SEPERTI inikah aku harus hidup? Duduk diam dan tidak melakukan apa-apa. Apa aku tak punya keinginan untuk bekerja? Melakukan sesuatu yang berguna?

SELALU ada hal yang membuatku menginginkannya lebih dari apapun. Sesuatu yang membuatku berambisi untuk memilikinya. Sesuatu yang membuatku memimpikannya. Membuatku menginginkannya lebih dari apapun.

MENGAPA selalu saja kurasakan kekecewaan? Aku hidup dengan penuh kekecewaan. Segala kekecewaan ini kurasakan karena apa yang kuinginkan tak bisa kudapatkan. Apa yang kudapatkan tak sesuai dengan apa yang kuinginkan.

AKU mudah sekali merasa bosan. Dengan ini aku suka dan beberapa wakru kemudian aku menjadi tidak suka dengan ini lalu aku menyukai yang itu. Kepada yang itu pun berlaku sama. Aku akan menyukainya untuk beberapa waktu dan kemudian aku akan merasa bosan dan menyukai yang lainnya.

MENJADI seorang penulis membutuhkan waktu yang panjang. Waktu yang benar-benar tak sebentar. Kau perlu menelan pahit manisnya proses itu berlangsung. Harus kau rasakan dahulu segalanya. Harus kau tulis dulu berlembar-lembar tulisan yang gagal. Tak akan kau menjadi penulis hanya dalam waktu satu malam.

Write without pays until somebody offers pay. - Mark Twin

KUKATAKAN bahwa keinginanku sekarang adalah kematianku. Aku ingin mati. Betapapun orang bilang aku telah gila karena menginginkannya, aku tetap ingin mati. Tak ada orang yang bisa menghalangiku menginginkan kematianku.

No two writers go about things in exactly the same way. -Stephenie Meyer.

SELALU saja, ada beberapa hal yang tak bisa kuhindari keberadaannya di muka bumi. Tak bisa kusangkal bahwa beberapa hal itu memang nyata adanya. Mereka ada di depan mataku secara langsung, bukannya bersembunyi dan tak terlihat olehku. Beberapa hal itu sungguh jelas terlihat dan terang-terangan tak bisa kuhindari lagi. Aku terpaksa percaya.

SELALU ada hal yang mustahil dalam hidup ini yang dengan serba terpaksa aku harus mempercayainya. Hal-hal seperti itu tak bisa dihindari tetapi harus dihadapi.

MENGAPA aku menginginkan sesuatu yang jelas-jelas diharamkan untuk dilakukan? Selalu ada saja hal yang kuinginkan yang memang telah dilarang. Apakah aku ini aneh atau memang aku ini aneh?

Hanya sedikit orang punya kemampuan lebih dalam hal menulis

Sedikit orang yang lebih suka membaca buku daripada mengobrol

Banyak orang berkemampuan berbicara lebih baik dari yang lainnya

Tak banyak orang yang bisa melakukan keduanya dengan sama bagusnya

'Apa yang kau butuhkan lebih penting daripada apa yang kau inginkan.' Jadi, jika kau telah mendapatkan apa yang kau butuhkan, masihkah kau memikirkan apa yang kau inginkan? Apakah kau masih menginginkannya? Kau menginginkan hal yang lebih daripada apa yang kau butuhkan. Masihkah kau berupaya mendapatkannya?

Apakah kau malah menginginkannya semakin mendalam?

"Ambition and love are the wings to great deeds."

"Die Ambition und die Liebe sind die Flügel zur größe Urkunde." Johann Wolfgang Von Goethe

MENGAPA manusia selalu lebih mementingkan keinginannya daripada kebutuhannya? Mengapa? Apa mereka pikir apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup terlalu enteng sehingga dianggap tak begitu penting? Apa yang mereka inginkan lebih penting? Mungkin begitulah yang mereka pikirkan.

#Esai SOAL UANG BEASISWA

Ketika uang beasiswa belum juga digelontorkan, apa yang akan terjadi kemudian? Apa yang akan dilakukan mahasiswa penerimanya?

Awal tahun 2012 bisa jadi merupakan tahun kelam bagi mahasiswa penyandang beasiswa ini. Mengapa? Karena sudah dua bulan lebih tak menerima uang beasiswa itu padahal, uang beasiswa itu benar-benar dinantikan kedatangannya. Tak lain dan tak bukan karena uang itu sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mahasiswa penerimanya, terutama kebutuhan perut berupa makan.

Kalau sudah begitu maka bermacam-macamlah reaksi yang datang dari para penyandang beasiswa itu. Ada berbagai macam omongan keluar dari mulut mahasiswa yang kadung stres karena belum menerima satu sen pun uang beasiswanya. Maka munculah opini, desas-desus, dan pendapat yang bermacam-macam dalam berbagai parodi dan anekdot. Semua macam reaksi tersebut terbit di media sosial seperti facebook dan twitter selain di forum tak resmi seperti di dalam perkumpulan mahasiswa di kosan. Belum beranilah para mahasiswa ini menyelenggarakan sebuah forum resmi yang secara khusus membicarakan masalah ini.

Karena saat ini sedang hebohnya kasus sang mantan puteri indonesia Angelina Sondakh yang terkait korupsi wisma atlet itu. Belum diturunkannya duit beasiswa ini dihubungkan dengan kasus mbak Angie ini. Maka, dibuatlah isu bahwa uang yang seharusnya disalurkan sebagai beasiswa sedang digunakan untuk menyelesaikan kasus puteri indonesia itu. Ada-ada saja.

Atau hal ini dihubungkan juga dengan pembangunan gedung rektorat universitas yang sudah hampir 100% selesai. Maka jadilah sebuah kelakar yang menyebutkan bahwa uang untuk beasiswa mahasiswa ini dipakai dulu untuk pembangunan gedung yang dimaksud. Bisa saja memang, tapi apa iya? Tentu tak mungkin pasti benar. Namanya juga parodi dan anekdot. Maklumlah, mahasiswa yang sudah tak sabar ingin segera memegang uang dalam jumlah banyak (jatah tiga bulan) bisa saja berpikiran macam-macam. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh sifat mahasiswa yang bebas berpikir kritis. Sesuatu yang bisa membuat pecahnya gelak tawa dan menyunggingkan senyuman pengusir stres karena kuliah dan kegiatan kemahasiswaan lainnya.

#ANEKDOT: CABAI EMAS

Kalau sudah terlalu percaya kepada cerita-cerita dongeng jadinya seperti ini.

Keanehan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari akan selalu dihubungkan dengan apa yang biasa terjadi di dalam cerita dongeng.

Adikku tiba-tiba memekik keheranan 'ih, ada cabai emas!'

'Mana?' tanya ibuku. 'Ada-ada saja!' kemudian ibuku menjelaskan bahwa itu bukan cabai emas.

Cabai kecil berwarna kuning dibilangnya cabai emas. Adikku itu aneh sekali. Padahal cabai yang berwarna kuning menandakan bahwa sang cabai hendak busuk.

Jumat, 09 November 2012

Ein kleines Lied

Ein kleines Lied, wie geht's nur an,

Daß man so lieb es haben kann,

Was liegt darin? Erzähle!

Es liegt darin ein wenig Klang,

Ein wenig Wohllaut und Gesang,

Und eine ganze Seele.

Marie von Ebner-Eschenbach

#Gedicht DER DICHTER von @SodikinGross

1.

O du, dich ist unfrei.

Dich ist Sklaverei.

Möchtest etwas,

hast kein etwas?

Mach eine Strophe Dichtung!

Das ist deine Richtung.

2.

Meines Wortes, alles ist geschrieben

was du hast selbst gelesen

kommen alles von meiner Mund

bitte sag kein Hund!

3.

Ist es schön,

als ich Erwachsen bin

Grammatik false schreiben?

Ist das ein Problem,

als ich viel schreibe,

da fehlt Strukturen?

4.

Ich bin das Kind, gleiche Kind, das schreiben lernt

Mit kleinen Felder, der schwarze Felder,schreibe ich etwas.

Dann liest du.

5.

Wer sagt, dass ich Jugend bin?

Wer fragt, ob ich Junge bin?

Wer schreibt, als ich zwanzig bin?

Alles ist richtig wie ich bin.

6.

Ich war nicht in Berlin, noch einmal München.

Ich war nicht im Reisen.

Einen Brief wird geschrieben,

dass ich das nichts machen.

#Gedicht DER DICHTER von @SodikinGross

1.

O du, dich ist unfrei.
Dich ist Sklaverei.
Möchtest etwas,
hast kein etwas?
Mach eine Strophe Dichtung!
Das ist deine Richtung.

2.
Meines Wortes, alles ist geschrieben
was du hast selbst gelesen
kommen alles von meiner Mund
bitte sag kein Hund!

3.
Ist es schön,
als ich Erwachsen bin
Grammatik false schreiben?
Ist das ein Problem,
als ich viel schreibe, da fehlt Strukturen?

4.
Ich bin das Kind, gleiche Kind,
das schreiben lernt
Mit kleinen Felder, der schwarze Felder,
schreibe ich etwas.
Dann liest du.

5.
Wer sagt, dass ich Jugend bin?
Wer fragt, ob ich Junge bin?
Wer schreibt, als ich zwanzig bin?
Alles ist richtig wie ich bin.

6.
Ich war nicht in Berlin,
noch keinmal in München.
Ich war nicht im Reisen.
Einen Brief wird geschrieben,
dass ich das nichts machen.

Minggu, 04 November 2012

#Puisi Merenungi Waktu, Saat Ini Adalah Yang Paling Berharga

Betrachtung der Zeit

Mein sind die Jahre nicht

die mir die Zeit genommen

Mein sind die Jahre nicht

die etwa möchten kommen

Der Augenblick ist mein

und nehm ich den in acht

So ist der mein

der Jahr und Ewigkeit gemacht

Terjemahan Bebas

Perihal Waktu

Tahun-tahun itu bukan milikku

Tahun yang telah terbelakang

Tahun-tahun itu pun bukan milikku

Tahun yang akan datang

Saat ini adalah milikku

Dengan penuh kuwaspadaan

Itulah milikku

Di tangan Sang Pemilik Waktu dan Keabadian

- Andreas Gryphius (1614-1664) -

Puisi yang bercerita tentang waktu dan ketidakabadian ini merupakan salah satu puisi yang ditulis oleh penulis utaka zaman Barock, Andreas Gryphius. Bercerita tentang masa lalu dan masa depan yang tak bisa dimiliki oleh seorang manusia, hanya Tuhan Sang Pencipta-lah yang memilikinya. Saat inilah yang merupakan milik manusia. Saat yang dijalani menjadi begitu berharga karena tak mungkin dapat diulangi. Masa depan bukan pula milk manusia. Masa depan selalu ada di depan kita, tak pernah bisa disegerakan atau diundur kedatangannya. Jadi, apa yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan sebaik-baiknya waktu yang sedang dijalani.

Merenungi Waktu, Saat Ini Adalah Yang Paling Berharga

Betrachtung der Zeit

Mein sind die Jahre nicht
die mir die Zeit genommen
Mein sind die Jahre nicht
die etwa möchten kommen

Der Augenblick ist mein
und nehm ich den in acht
So ist der mein der Jahr
und Ewigkeit gemacht

Terjemahan Bebas

Perihal Waktu

Tahun-tahun itu bukan milikku
Tahun yang telah terbelakang
Tahun-tahun itu pun bukan milikku
Tahun yang akan datang

Saat ini adalah milikku
Dengan penuh kuwaspadaan
Itulah milikku
Di tangan Sang Pemilik Waktu dan Keabadian

- Andreas Gryphius (1614-1664) -

Puisi yang bercerita tentang waktu dan ketidakabadian ini merupakan salah satu puisi yang ditulis oleh penulis utama zaman Barock, Andreas Gryphius. Bercerita tentang masa lalu dan masa depan yang tak bisa dimiliki oleh seorang manusia, hanya Tuhan Sang Pencipta-lah yang memilikinya. Saat inilah yang merupakan milik manusia. Saat yang dijalani menjadi begitu berharga karena tak mungkin dapat diulangi. Masa depan bukan pula milik manusia. Masa depan selalu ada di depan kita, tak pernah bisa disegerakan atau diundur kedatangannya. Jadi, apa yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan sebaik-baiknya waktu yang sedang dijalani.

Kamis, 01 November 2012

#Essai Die Taube Von Patrick Süskind, Die Präsentation Von A. T. Sodikin

Die Taube ist eine Novelle von Patrick Süskind. Die erzählt über einen Wachmann einer Pariserbank Jonathan Noel von Er-Erzähler Perspektive. Er lebt in Einzimmer-Apartement in Rue de la Planche in der Stadt Paris allein. Er unterhaltet sich nicht mit irgendwem. Ein Tag schläf eine Taube vor der seine Apartementstür. Dannach unterhaltet sich Jonathan mit anderem. Dann zieht er nach eines Hotel in der Rue de Sévres Paris. Am Ende geht er nach Hause zurück. Die Taube ist ein Symbol für Chaos der Eksistenz Hauptfigurs. Patrick Süskind ist am 26.3.1949 in Ambach am Starnberger See nähe von München, deutsche Besetzung geboren. Er lebt noch heute. Er studierte Geschichte der Mittelalter und Modernzeit in der Uni München und Aix-en-Provence (Frankreich) von 1968-1974. Sein Vater Wilhelm Emanuel Süskind und Bruder Martin Emanuel Süskind arbeiten als Joirnalist. Seine Mutter arbeit als Sporttrainerin. Seine große Werke Der Kontrabaß (Theaterstück, 1981) Das Parfum (1985) (2006 ein Film) Die Taube (1988) Die Geschichte vom Herrn Sommer (1991) Drei Geschichten und eine Betrachtung (1996) Rossini (ein Film, 1997) Über Liebe und Tod (ein Essay) Figuren Jonathan Noel. Seine Eltern verschwund während Weltkriegs. Dannach lebte er bei seinen Onkel. Er heiratete aber seine Frau verlasst ihn. Marie Baccouche ist Jonathans Frau. Sie läss ihn für ein tunizien Ostverkaufer. Madame Lasalle ist die Apartement-Vermieterin. Madame Rocard ist die Concierge der Apartement. Monsieur Villman ist der stellvertrende Direktor der Bank. Madame Roques ist die Oberkassiererin der Bank. Monsieur Roedoels ist der Direktor der Bank. Jonathan öffnete seine Limousine alltags. Madame Jeanne Toppel: eine Schnederin, mit der Jonathan eine Debatte seine Hose am schnellsten geflickt zu haben hat. Meine Leseergebnisse Ich habe dieses Buch eine Monat gelesen. Ich finde, dass dieses Buch schwierig zu Verstehen ist. Weil, das hat kompleksierte Satztruktur. Das buch ist vollende Relativsatz. Dann, die Geschihte passierte in Paris, sodass es so viele französischer Platz nennt. Zum Beispiele Rue de la Planche.

#Sajak Rindu Ibu

Izinkanku menangis di pelukmu ibu Atau gendong aku di punggungmu Supaya kumerasa aman Agarku merasa nyaman merasa tentram Izinkan sedetik saja Kutitikan air mata Namun sayang Malang tak dapat ditolak Mujur tak dapat disambut Terlambat sudah Kau jauh dari jangkauanku Begitu jauhnya Aku rindu ibu

#QUOTES KATA-KATA BIJAK

Mereka yang selalu mengaca pada masa lalu akan melewatkan kesempatan sukses pada masa depan. JOHN F KENNEDY (1917-1963), Mantan Presiden AS"

GreatestQuotes: "Success is steady progress toward one's personal goals." - Jim Rohn

@GreatestQuotes: "Some people want it to happen, some wish it would happen, others make it happen." - Michael Jordan

"@RudyUbud: @faktabahasa mau tahu motto negara Belgia, ngak? 'L'union fait la force' dlm bhs Perancis atau 'Eendracht maakt Macht' dlm bhs Flemish..."