Jumat, 25 Oktober 2013

Kata Pengantar *entah untuk buku atau novel ang mana

Cerita ini muncul dan berkembang - lalu pada akhirnya ada di tanganmu - karena sebenarnya sudah aku tulis sejak beberapa tahun lalu. Entah karena aku yang malas atau karena terlalu banyak gangguan sehingga aku tak punya waktu untuk menulisnya, menyelesaikannya, merapihkannya, mengirimnya ke penerbit, diterima, kemudian digodok oleh editor, kemudian disetujui naik cetak, dijual di toko buku dan - beruntung sekali kau - dibeli olehmu dan sekarang sedang dinikmati olehmu. Terimakasih banyak telah sudi menyentuh bukuku dan mau membaca ceritaku di dalamnya. Semua cerita di buku ini tak aku pungkiri memang bertolak dari pengalaman pribadiku. Namun, aku buat dengan mencampuradukkannya dengan segala imajinasi yang aku punya sehingga kau takkan mudah memilih dan memilah mana yang fiktif dan mana yang nyata. Dan akhir kata, semoga kau bisa menikmati ceritaku sampai akhir. Terima kasih sekali lagi kuucapkan.
Salam.

#Catatan: Teori Ini dan Itu

Teori: Orang akan takut terhadap hal-hal tak ia dikenal. Maka, simpulan dari teori tersebut adalah: kenalilah apa itu, mengapa menakutkan dan berusahalah agar kenal dengan hal tersebut maka kemudian kita tak akan merasa takut lagi dengan hal tersebut.
Hal apa saja menurutmu menakutkan? Bisa orang (dosen atau guru atau pengajar), tempat (rumah, bangunan, area, atau desa), benda (api, air, tanah, boneka, atau benda lain), dan lain-lain. Kenalilah. Pegang satu teori ini: berusalah berkenalan dengan mereka.

Kamis, 24 Oktober 2013

#Catatan: Hidupku Harus Berubah (Lebih Baik)

Hidupku berantakan seperti ini, tak tahu mulai kapan. Akankah aku bisa membereskan semua ini? Tapi kapan? Hidupku perlu ditata ulang. Harus.
Kata orang, orang lain berkata: Mulai dari sekarang, Mulai dari sini, dan Mulai dari diri sendiri. Aku mau begitu tak juga tak mudah. Harus.
Bisa, harus bisa. Sudah ada kemauan, haruslah ada jalan. Mungkin mauku masih belum cukup? Harus kutambah. Harus.
Mulai dari detik ini aku harus memperbaiki hidupku. Perbaiki lagi. Terus mencoba. Lagi dan lagi. Terus mencoba. Ini harus dicoba. Harus.
Haruslah kujalani mulai saat ini dari sini (hati). "Cepatlah bertindak, berubahlah menjadi lebih baik." Kataku pada diriku. Harus. Aku harus berubah. Ini harus.

Rabu, 23 Oktober 2013

Inhaltsangabe zu „Die Nachtvögel“ von Tormod Haugen

Joachim hat Angst. Im Treppenhaus gibt es einen braunen Fleck, den man nicht berühren darf, sonst passiert etwas Schreckliches. Und wenn er ins Bett geht, kommen die Nachtvögel aus dem Schrank. Auch Joachims Vater hat Probleme und er hat Angst. Doch es führt ein Weg heraus aus der Angst, am leichtesten mit Freunden
http://www.lovelybooks.de/autor/Tormod-Haugen/Die-Nachtvögel-145182990-w/

Selasa, 22 Oktober 2013

Tentang Syi'ah di Indonesia, Ustadz Farid Achmad Okbah MA: "Mengkhawatirkan Sekali"

Samir Musa - Ahad, 10 Rajab 1434 H / 19 Mei 2013 20:04 JAKARTA ( Arrahmah.com ) –
Fenomena tokoh-tokoh Syi’ah masuk partai politik bukan hanya sekarang, dari dulu juga sudah ada. Dahulu ada Zulfan Lindan di PDIP,Abdillah Toha di PAN dan lain-lain. Hanya sekarang mereka lebih memperbayak dan besar- besaran masuk menjadi caleg. Hal ini untuk menguatkan suara mereka dalam hal membela hak-hak mereka dan lebih banyak lagi memperjuangkan hak- hak politik mereka di parlemen dan pemerintahan. Kepada arrahmah.com, Ahad (19/52013) Ustadz Farid Achmad Okbah MA, Direktur Pesantren Al-Islam Bekasi, mengatakan: “Mengkhawatirkan sekali kondisi perkembangan Syi’ah di Indonesia.” Beliau juga mengutarkan Syi’ah di Indonesia bergerak di semua lini, “Mereka bergerak di politik, ya itulah masuk partai.
Mereka bergerak di masyarakat masuk lewat pengajian di kampung-kampung, di majelis ta’lim, di kantor- kantor.” Urainya pagi tadi. Penduduk muslim Indonesia yang mayoritas sunni (orang Ahlussunnah) telah dirusak oleh pemahaman syi’i (orang Syi’ah). Syi’I melancarkan propagandanya kepada sunni bukan kepada orang-orang non muslim. Jadi yang banyak menjadi korban atas hal ini adalah sunni. “Korban-korban Syi’ah mayoritas orang Ahlusunnah. Relitas sekarang ini mayoritas pengikut Syi’ah adalah dari kalangan Ahlusunnah. Jadi mereka mensyi’ahkan orang-orang Ahlusunnah.” Begitu ustadz Farid memberi catatan. Di satu sisi umat Islam yang sunni ini juga kurang memahami ajaran Islam yang sesungguhnya, “Karena kosong, karena ga ngerti karena polos”, demikian ujarnya. kaum Muslimin terbelakang dalam pemahaman terhadap aqidah Islam yang shahîhah (benar) yang berdasarkan al-Qur’ân dan Sunnah. Mayoritas kaum Muslimin pada saat itu sangat jauh dari manhaj Salafush Shâlih. Mereka hanya sekedar mengenal nama yang agung ini,namun dari sisi pemahaman pengamalan dan dakwah jauh sekali dari pemahaman dan praktek Salaful Ummah (generasi terbaik umat Islam). Memang ada sebagian kaum Muslimin yang menyeru kepada al-Qur’ân dan Sunnah, tetapi menurut pemahaman masing-masing tanpa ada satu metode yang akan mengarahkan dan membawa mereka kepada pemahaman yang shahîh (benar). Pengajian Syi’ah di tingkat bawah, di kampung- kampung mengajak ibu-ibu untuk mencintai ahlul bait Nabi. Sebuah ajakan yang awalnya baik dan sesuai sunnah tapi kesananya menipu dan menyessatkan karena dibawa pada pemahaman Syi’ah Rafidhah. Dimulai dari pendekatan dengan mengatasnamakan ahlul bait kemudian berlanjut dengan pemujaan terhadap manusia, yaitu dengan membangun kubur- kubur dan meminta kepada penghuni kubur serta penyebaran berbagai macam bid’ah lainnya.Mengapa ibu-ibu? Karena peran perempuan sangat penting dan besar sekali. Oleh karena itu mereka membutuhkan ibu-ibu untuk mendukung ajaran mereka. Adapun pengajian di kantor-kantor terus berjalan dengan memberikan pengajaran tafsir Al-Qur’an tidak melalui hadist atau sunah. Karena mereka jauh sekali dari sunnah Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam bahkan mereka menolak hadits. Bagaimana mungkin mereka bisa menerima hadits Bukhâri, Muslim dan lain-lain sementara para sahabat yang meriwayatkan hadits- hadits ini dianggap kafir ?! Mereka juga menvonis kufur kepada ahlus sunnah termasuk Bukhâri, Muslim dan ulama ahli hadits lainnya. Oleh karena itu, mereka selalu memulainya dengan tafsir dengan meruju’ ke kitab-kitab tafsir Syi’ah. Di tingkat pelajar dan mahasiswa, mendakwahi para pelajar khususnya mahasiswa. Untuk lapisan ini, mereka masuk lewat penyebaran nikah mut’ah karena para pemuda ini memang sangat aktif mencari hal-hal baru untuk kemudian dicoba. Setelah memberikan kenikmatan syaithaniyah, mereka mulai mendekati para pemuda ini dengan memberikan citra, bahwa ajaran Syi’ah itu benar dan lain sebagainya Media mereka juga terus bekerja, cetak, maupun elektronik; televisi,radio, dan media online. Syiah memanfaatkan media cetak untuk menyebarkan pahamnya. Untuk itu mereka membuat selebaran, majalah dan membangun puluhan penerbit dan percetakan seperti Mizan, Pelita Bandung, Hidayah, as- Sajjad, Abu Dzar Jakarta, Yapi Lampung, Lentera dan sebagainya. Secara umum buku yang diterbitkan adalah buku terjemahkan dari buku-buku karya ulama Syi’ah seperti Khomaini, Muthahhari, Ali Syariati, Muhammad at- Tijani at-Tunisi dan lain-lain. Ada pula buku-buku yang merupakan hasil karya putra-putri Syi’ah Indonesia. Adapun majalah dan selebaran yang mereka terbitkan antara lain: 1. Majalah al-Quds diterbitkan oleh kedutaan Iran di Jakarta dengan bahasa Indonesa. 2. Majalah al-Mawaddah diterbitkan oleh IJABI cabang Bandung, Jabar. 3. Majalah al-Huda diterbitkan oleh Syi’ah di Jakarta. 4. Majalah al-Hikmah diterbitkan oleh yayasan al-Muthahari Bandung. 5. Majalah al-Musthafa diterbitkan oleh Syi’ah di Jakarta. 6. Buletin al-Jawad dan al-Ghadir diterbitkan oleh yayasan al-Jawad Jakarta. 7. Buletin at-Tanwir diterbitkan oleh yayasan al- Muthahari. 8. Buletin Ibnus Sabil diterbitkan oleh Syi’ah di Pekalongan, dll. Lembaga-lembaga pendidikan Syi’ah adalah: 1. SMA Plus Muthahhari Bandung dan Jakarta 2. Pendidikan Islam Al-Jawad 3. Islamic College for Advanced Studies 4. Sekolah Lazuardi dari Pra TK sampai SMP Jakarta 5. Sekolah Tinggi Madinatul Ilmu Depok Jawa Barat 6. Madrasah Nurul Iman Sorong Irian 7. Pesantren Al-Hadi Pekalongan 8. Pesantren YAPI Bangil Jawa Timur (azmuttaqin/arrahmah.com)
http://m.arrahmah.com/news/2013/05/19/tentang-syiah-di-indonesia-ustadz-farid-achmad-okbah-ma-mengkhawatirkan-sekali.html

Sabtu, 19 Oktober 2013

#Catatan: #Puisi Lain Kali

Lain kali, apabila ada lain kali
Keluarlah ketika masih pagi
Saat mentari sebelum ia tinggi
Lain kali, kalau ada lain kali
Datanglah lebih pagi
Sebelum matahari pergi
meluncur dari tempat tinggi

Kamis, 17 Oktober 2013

#Catatan: Diterima atau Tidak? Tips Menghadapi Pengumuman Tema Skripsi

Meski belum tahu tema yang diajukan diterima atau tidak, tapi kuharus siap dengan risiko terburuk yang bisa terjadi, atau pun yang terbaik. Risiko yang sama sekali tidak diharapkan terjadi: tema ditolak dan menjadi akhir dari cerita. Risiko yang betul-betul diharapkan: tema diterima dan mendapat pembimbing yang sangat pas.
Oleh karena itu, sebagai antisipasi: persiapkan rancangan kasar dengan tema yang telah diajukan dan juga satu atau dua tema cadangan (plan B). Rancangan kasar perlu disiapkan agar pada saat tema dinyatakan diterima, kita bisa langsung segera bimbingan. Plan B perlu disiapkan apabila tema ditolak, ini supaya ketika mendapat kabar yang tidak menyenangkan ini kita sudah punya tali pegangan lain untuk maju.
Maka, ada dua langkah besar yang harus dilakukan demi menghadapi kemungkinan-kemungkian yang bisa saja terjadi salah sati diantaranya sebagai berikut:
Langkah pertama: susun kerangka dan badan karangan skripsi bahkan kalau bisa sampai bagian simpulan. Hal ini supaya bimbingan tidak memerlukan waktu yang lama dan pada akhirnya bisa lulus dengan tepa waktu kalau tidak mau dikatakan cepat.
Langkah kedua: cari tema baru sebagai cadangan dan siapkan literatur primer dan sekundernya. Kalau bisa literatur yang digunakan bisa dimanfaatkan untuk keduanya: ini supaya menghemat waktu dan tetap dapat lulus dengan tepat waktu.

#Esai: Karakter Bangsa dan Pemberitaan Buruk di TV

Oleh @MuhRidwanD (Muhammad Ridwan)
Hidup adalah soal memilih. Apa yang kita pilih membentuk karakter kita. Apa yang kita pilih mencerminkan siapa kita. Memilihlah dengan bijak.
Setiap hari kita disugui hal-hal negatif, hal-hal yang membuat muak, seolah-olah tidak ada (atau sangat sedikit) hal yang baik terjadi di negeri ini. Sangat dominannya penayangan berita buruk di televisi menjadikan kita sebagai bangsa dengan tingkat percaya diri yang rendah. Hal-hal buruk lama-lama akan dianggap sebagai hal yang biasa, bahkan akan melekat menjadi budaya bangsa.
Bayangkan sebaliknya, apabila yang menjadi bahan pemberitaan itu merupakan kebaikan-kebaikan, prestasi anak-anak Indonesia di Olimpiade Sains Internasional misalnya, membuat kita termotivasi untuk menjadi baik juga. Kebaikan akan dijadikan sebagai hal yang biasa di dengar dan dilihat, bahkan akan menjadi sebuah budaya produk bangsa Indonesia. Pemberitaan hal baik secara terus-menerus niscaya akan membentuk mental rakyat yang baik pula.
Perhatikan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bumi, air dan kekayaan alam lainnya (termasuk juga udara) dikuasai negara untuk kepentingan rakyat." Bijaknya,pemerintah juga harus ikut andil dalam mengatur apa yang ditayangkan oleh di media masa khususnya televisi. Pers memang memiliki kebebasan, tetapi harus mau diatur untuk kebaikan. Anggaplah saja sebagai kewajiban dan etika pers. "True, bad news is good news," tapi harus ingat juga kalau "good news is better news."

*Dengan perubahan seperlunya oleh @SodikinGRoss

Rabu, 16 Oktober 2013

#Catatan (#Esai) Mengobrol dengan Orang Itu ... Sesuatu

16 Oktober 2013
Bisa mengobrol dengan "orang asing" adalah pengalaman yang sangatlah seru. Dia si orang asing itu tak harus selalu bule dari Eropa atau Amerika. "Orang asing" yang duduk bersebelahan di bus kemungkinan besar adalah pembawa kunci peluang sukses di masa depan. Bisa jadi orang yang tidak kita kenali dan duduk di sebelah kursi kita merupakan orang yang akan memberikan bantuan atau mungkin juga membutuhkan bantuan kita. Dan semua manusia di dunia ini memiliki keterkaitan. Selalu begitu. Dan seperti yang kualami hari ini.
Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 6 kurang lima belas menit. Pagi sekali. Kemudian menunggu beberapa lama di daerah Tugu, Wado sampai datang bus yang akan mengantarkanku ke tujuan, Jatinangor. Berangkatlah busku sekitar pukul 6 lebih. Awalnya bus lengang kemudian pada saat bus sampai di daerah Situraja, baru sekitar seperenam atau seperlima perjalanan, bus mulai penuh sesak. Beruntung aku sempat pindah ke kursi di depan pintu depan ini tadi, sehingga aku bisa duduk selama dua jam ke depan sebelum sampai di Jatinangor.
Kemudian naiklah seorang pemuda berkemeja kotak-kotak hitam-putih, bukan biru maaf. Kulihat wajahnya seolah tak asing. Meskipun kutaksir umur lelaki ini lebih tua dariku dan adik angkatanku di SMA yang kupikir mirip itu. Dan satu hal yang membuatku penasaran adalah handphone yang dipakainya. Oh, itu smartphone buatan Finlandia! Aku sungguh tertarik dengannya, maksudku handphone-nya. Dan karena itulah aku menjadi penasaran untuk berbincang dengan "orang asing" ini.
Tidak terjadi percakapan sampai sang target operasi duduk di kursi di sebelahku. Sebelumnya dia berdiri di depan kursi siswi SMK yang sekarang didudukinya. Dia berdiri di depanku sehingga aku bisa mengawasinya. Dan akhirnya pada saat teman SMK kita turun, dia duduk. Aku belum berani bertanya apa-apa kepadanya sampai bus melaju dengan kencang melewati Terminal Ciakar, Sumedang hingga berhenti di pool MS. Harus kalian tahu bahwa bus Medal Sekarwangi adalah bus yang kutumpangi ini. Sudah beroperasi cukup lama di Sumedang dan sepertinya sudah menjadi salah satu yang paling berkuasa di sini.
Aku hanya bertanya "Mau ke mana, Aa?" Bagus sekali ketika dia menjawab "Mau ke Cicaheum. Kamu?" Tidak buruk sebenarnya saat aku bertanya lagi apa yang dia tanyakan. *Alasan* Dan terimakasih sudah mengulang pernyataan dan pertanyaannya. :D Oh ya, aku jawab begitu saja: "Ke Jatinangor." Lalu ketika aku akan bertanya lagi dia malah terlihat mengantuk, dan benar-benar tertidur. Baiklah, dan oleh karena itulah aku pun tidur. Tidak seperti biasanya, kali ini aku bisa begitu terlelap di bus. Aneh. Sungguh sangat tidak biasa apa yang kualami hari ini.
Ketika aku tersentak bangun, kulihat bus sudah melaju beberapa jauh. Kulihat pula teman sebangkuku masih terlelap dengan tenangnya dalam tidurnya. Aku pun masih mengantuk. Kupejamkan kembali mataku. Dan tiga kali kuulangi hal itu. Sampai pada saat ketika teman asingku benar-benar terbangun -kutahu dengan melihat jari-jemarinya yang sibuk memainkan smartphone Finlandianya itu- maka aku pun tidak mengantuk lagi. Aku pun merogoh handphone-ku dari dalam tas untuk mengecek twitter dan sms. Ah iya, ada satu sms dari temanku yang menanyakan ada tidaknya kuliah hari ini pukul setengah sebelas. Dan tak ada sebutan baru di twitter.
Kemudian betapa kagetnya aku saat teman sebangkuku tiba-tiba berkata-kata. Saking kagetnya sampai kubertanya balik apa yang dia tanyakan. "Di Jatinangor tinggal di mana?" Kujawab: "Di Cikuda." Lalu kakak itu berkata: "Saya punya teman yang tinggal di Cikeruh." Aku akhirnya hanya tersenyum, tidak berkata apa-apa. Kupalingkan pandanganku ke luar kaca bus dan pemandangan di luar memberitahuku bahwa tujuanku sudah hampir dekat.

Selasa, 15 Oktober 2013

#Catatan: Tanggal 15 Oktober 2013, 10:25

Keur naon? | Twitteran. | Naon twitter téh? | Média sosial nu leuwih hadé tibatan facebook. #Pamikiran
Ngapain? | Twitteran. | Apaan tuh? | Media sosial yang lebih baik dari pada facebook. #Pemikiran
What're you doin'? | Tweeting. | What's that? | Social media even better than facebook. #Thought
Was machst? | Tweetern. | Was ist das? | Sozialmedien besser als facebook. #Gedanken

Minggu, 13 Oktober 2013

#Diskografie: Jan Wittmer Albens

ALBUM "DAS LEBEN RUFT DICH" (2010)
Das Leben ruft Dich (Debütalbum)
1. Wenn Du nur einmal an mich denkst
2. Arztbesuch
3. Das Leben ruft Dich
4. Ich weiß nicht
5. Als ich jung war
6. Ich vergess Dich für immer
7. Leben für den Lebenslauf
8. Mein Wecker und ich
9. Kontrolle ist besser
10. Ich kann das Leben
11. Skorpion

ALBUM "DIE TAUBE" (2013)

Quelle: http://www.janwittmer.de/musik.html#

Jumat, 11 Oktober 2013

#Puisi: Tak Ada Bukti

Aku hanya akan malu oleh diriku, di depan orang tuaku dan semua orang siapapun itu: aku tak bisa buktikan bahwa aku mampu berdikari.
Tak akan ada apapun yang bisa kuperlihatkan pada dunia, semua orang tak akan ada yang percaya apabila kuberkata: aku bisa! Tidak akan ada.
Habislah perkara begitu saja. Setelahnya aku sendiri kembali merenungi dan menyesali: aku tiada mampu berguna.
Kepada ayah dan ibu, tak akan luntur sedih mereka dalam hitungan hari beribu-ribu: apabila aku terus begitu dan begini tiada berubah.
Aku belum bisa dan mungkin tak akan bisa jadi anak kebanggaan mereka berdua: tiada bukti untuk itu, tiada buktinya.
Aku hanya akan malu oleh diriku, di depan orang tua dan semua orang siapapun itu: aku tak bisa buktikan bahwa aku mampu berdikari. Berdiri di kaki sendiri. #Puisi

Selasa, 08 Oktober 2013

#Catatan Kita Terjebak Hujan

Sore hari pukul setengah lima tanggal 8 Oktober 2013 ...
Hujan turun, awalna rintik-rintik. Lalu kemudian menjadi lebat. Langit biru cerah kemudian menjadi gelap, itu yang kau sebut mendung kawan, mengikuti hujan atau bahkan menggiring hujan, entahlah. Tapi aku tak akan berbicara begitu jika aku tak terjebak di sini. Bersama orang-orang asing itu, kita semua terjebak di sini, sama-sama berteduh dari hujan yang mengguyur.
Baiklah, sekarang hujan mereda dan aku bisa pulang. Kita semua bisa pulang ke rumah masing-masing. Ayo pulang. Kita sudah tak terjebak lagi oleh hujan.

Senin, 07 Oktober 2013

#Catatan #Puisi Mesin Fotokopi

Tak ubahnya aku bagaikan mesin fotokopi
Setiap kata kutulis setiap hari
Dari mulut dan dari tangan-tangannya
Dari sungut dan juga angan-anganya

Aku tulis dalam beribu lembaran
Aku serat dengan setiap gurat
Aku sang mesin pencetak
Aku menggandakan setiap kata berdetak

Begitulah yang aku lakukan setiap hari di kelas. Sebagai seorang mahasiswa yang memiliki banyak kekurangan, aku hanya bisa pasrah menerima semua ilmu yang diberikan sang pengajar. Sedikit sekali aku berbicara di kelas. Aku bahkan tidak berbicara kecuali apabila ditanya. Malang sekali. Ayo, belajarlah berbicara, seperti bayi yang baru saja dilahirkan! Ayo, ini ajakan mulia. Dan dosenku menyarankan begitu juga karena bicaraku kurang sekali. Ayo!

Sabtu, 05 Oktober 2013

#Catatan: Kasihan Sekali Saudara Teman Saya lni

Jika Anda adalah termasuk orang yang diceritakan dalam tulisan ini, harap jangan tersinggung, kemudia marah lalu merasa galau dan mengutuk saya (si penulisnya).
Pernahkan teman Anda atau adakah teman Anda atau bahkan Anda sendiri yang pernah melakukan ini: berkata "wah, si dia pemeran utama di film itu mirip sepupu saya!" Atau berkata demikian: "Kok saya mirip si A di film B?" Sungguh saya merasa kasihan kepada orang-orang seperti ini.
Mengapa? Ketika untuk pertama kalinya mendengar kata-kata seperti itu, sebenarnya saya menjadi berpikir: "Benarkah? Ah masa?" Untuk yang kedua kali dan seterusnya saya menjadi berpikir: "Sebenarnya sebera banyak saudara Anda itu?" Atau "Memangnya saudara Anda seperti apa sih wajahnya sebenarnya?" Dan juga "Oh, saudara Anda pernah atau sering operasi plastik ya?" Dan setiap kali berpikir seperti itu, saya jadi merasa kasihan kepada Anda kawan.
Dan khusus untuk Anda yang berpikir bahwa Anda mirip dengan artis/aktor C di film D, saya merasa sangat kasihan kepada Anda. Oh, sudahlah jangan disebutkan alasannya yang jelas Anda memang sangat patut dikasihani.

Selasa, 01 Oktober 2013

#Catatan Hmmm... Hari Ini Hari Selasa ...

Apalah yang hendak kutulis aku tak tahu. Biarlah engkau sendiri yang putuskan apa yang kutulis ini.

"Hari ini adalah hari Selasa." Anak TK belajar kalimat sederhana ini. Aku bahkan tidak pernah menginjakkan kaki di kelas itu. Pada saat usiaku enam tahun kurang tiga bulan, aku sudah terdaftar sebagai siswa kelas satu sekolah dasar dekat rumahku. Jadi aku sudah sama pintar (terlalu sombong jika kukatakan "lebih dari pada") lulusan TK itu. Dan itu berarti aku sudah paham dengan kalimat sesederhana seperti itu. "Hari ini adalah hari Selasa."
Apa yang membuat hari Selasa ini begitu istimewa? Jangan tanyakan ini. Jawaban yang mungkin akan kamu dapatkan adalah hampir seperti jawaban untuk teka-teki dari Lewis Carol ini: "Mengapa burung gagak senang dengan meja tulis?" Tahukan jawaban teka-teki ini? :D
Tiada yang istimewa hari ini. Sementara beberapa jam lagi hari ini akan berakhir menurut perhitungan Masehi, aku katakan kepadamu bahwa tadi malam (atau bilang saja kemarin malam) aku bangun tepat pukul 00:00. Kurang lebihnya. Hebat? Hebat! Tidak! Kurang lebihnya begitu. :p
Baiklah tak usah berbasa-basi terlalu panjang dan lebar, aku tidak sedang membuat bendungan dan perahu dalam semalam seperti yang dilakukan Sangkuriang demi bisa menikahi perempuan pujaannya yang tak mau ia tahu bahwa dia adalah ibu kandungnya sendiri, kuakhiri saja tulisanku cukup sampai di sini. *Hah, akhirnya selesai juga. Capai sekali mengetik tulisan sepanjang ini!*  

Catatan: Tulisan ini tercipta lantaran aku tak tahu lagi hendak menulis apa. Puisi sepertinya sudah terlalu banyak mengisi blog ini. Cerpen? Susah sekali menulis satu saja: apa yang kutulis akhirnya akan menjadi sepenggal kisah yang tak utuh. Dan akhirnya jadilah tulisan ini. Curhat.