Jumat, 24 Januari 2014

Belajar Bahasa Asing: Malu Kalau Tak Jago Dulu Bahasa Ibu

Sebagai seorang mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Jerman, saya tidak malu apabila kemampuan bahasa asing itu di bawah standar.
Saya justru sangat malu apabila tak bisa menemukan padanan yang tepat dalam bahasa Indonesai untuk sebuah istilah asing yang sedang dijelaskan dosen.
Ketidaktahuan istilah padanan itu justru menjadi bukti kegagalan saya menjadi orang "pemilik rumah" bernama Indonesia.
Seperti kata Anggun: "Ketika saya bercermin, yang saya lihat tuh bukan siapa-siapa lagi tapi orang Indonesia." Saya sendiri selalu melihat seseorang yang lebih tua dari pada Indonesia ada dalam diri saya: Ki Sunda.
Sehingga, ketika ada sebuah istilah asing dilontarkan ke depan muka saya, yang pertama kali dicari adalah padanan istilah bahasa Sunda-nya apa baru kemudian mencari istilah bahasa Indonesia-nya.
Misalnya adik saya yang masih duduk di kelas 5 SD bertanya tentang arti sebuah kata bahasa Inggris, saya akan terlebih dahulu beritahukan padanannya dalam bahasa Sunda.
Karena yang ingin saya tekankan adalah sebelum mempelajari bahasa asing, pahami dulu bahasa ibu (dan bahasa nasional) supaya tidak terjadi yang namanya kegalauan bahasa. Bahasa ibu itu berguna menjadi fondasi landasan kerangka berpikir utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar