Minggu, 07 April 2013

Andai Semua Orang Memakai Tanda Pengenal

A.T.Sodikin J.Frost (@SodikinGross) tweeted at 5:15 AM on Sun, Apr 07, 2013: Poho, saha ngaran manéhna téh ... (https://twitter.com/SodikinGross/status/320661171084603393)

Status saya di twitter tersebut berbahasa Sunda yang dalam bahasa Indonesia artinya "Saya lupa siapa namanya ...."

Menjadi lupa, seorang pelupa atau pikun, semoga bukanlah salah satu dari sifat saya. Meskipun sebenarnya saya sangat sering sibuk dan ribut ketika akan bepergian. Ribut karena saya lupa di mana menaruh kunci kamar atau di mana dompet ditaruh. Parah sekali, bahkan karena hal tersebut terjadi lumayan sering. Sempat sampai harus bolak-balik ke sana dan ke mari gara-gara saya lupa. Haduh! Ya Allah tolong ....
Dan, tak heran juga jika sering saya bertemu dengan seseorang. Saya kenal dia. Saya kenal wajah orang itu. Dan kenalan saya itu masih mengenali saya. Dia masih ingat nama saya. Tahu apa yang terjadi? Akibat saya lupa, saya hanya bilang "hai, apa kabar? Baik?" Percakapan itu berlangsung singkat. It's a wonder karena saya sama sekali lupa siapa nama orang yang saya temui dan say hi tersebut. Gusti nu Agung! Si orang yang berpapasan dengan saya tadi jelas-jelas masih ingat nama saya: dia tadi menyebut nama saya ...
Seringkali saya berpikir: "Parah banget, cepet amat lupa nama kenalan ... :'(" Bagaimana caranya supaya saya bisa ingat nama semu orang yang telah berkenalan denga saya? Masa iya, semua orang harus memakai name tag. Apa perlu semua orang menggunakan papan nama? Pasti itu bukanlah solusi yang tepat. Masalah ada dalam diri saya yang pelupa ini. Bagaimana? Apakah saya harus mengahapalkan semua nama?
Solusinya sih cukup sederhana: Saya hanya perlu sebut nama kenalan pada saat mengobrol dengannya. Penting sekali untuk terus menyebutkan nama lawan bicara di saat-saat pertama berkenalan supaya ingat terus. Dan harusnya saya tak ragu dan sungkan untuk menanyakan kembali nama sang lawan bicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar