Selasa, 23 April 2013

Pilih Android Mana? QWERTY atau Layar Lega atau Kamera Mumpuni?

Setahun Bersama Android
Setahun belakangan ini saya adalah seorang pengguna smartphone Android. Perangkat yang saya gunakan adalah produk Samsung tipe GT-S5360 alias Galaxy Y. Sebagai Android pertama yang saya gunakan, perangkat dengan diagonal layar tiga inchi ini tidaklah buruk. Nyaman digunakan karena kualitas pabrikan global sekelas perusahaan Korea sebesar Samsung tak perlu diragukan lagi.
Sejak tanggal 12 April 2012 saya melakukan segala hal bersama Galaxy Young ini. Bahkan menulis sebagian besar isi blog saya ini termasuk tulisan ini juga dilakukan menggunakan Android mungil ini. Meskipun seringkali terjadi typo karena ukuran layarnya yang mungil juga karena ukuran papan ketik yang menjadi kecil akibat dari ukuran layar yang diusung. Tapi tak mengapa, saya tetap bersyukur karena dengan Young ini saya belajar menjadi mastah (baca: master) Android amatiran. Alasannya saya sering menjawab pertanyaan seputar Android dengan tingkat kesukaran rendah hingga sedang di beberapa grup facebook. Saya memang aktif di dunia maya terutama twitter dan facebook di urutan ke dua. Heheh.
Smartphone Pilihan
FYI, sebelum saya menggunakan Android saya telah merasakan smartphone ber sistem operasi lain, yaitu Microsoft Windows Mobile bermerk Sony Ericsson tipe M1i Aspen. Perangkat touch and type berdiagonal layar 2.4 inchi dengan dukungan papan ketik QWERTY tersebut sangatlah nyaman digunakan. Begini-begini saya adalah penggemar berat handphone ber-QWERTY. Namun bukan penggemar Blackberry. Mengapa? Saya anggap fitur messenger seperti Blackberry Messenger atau yang lebih dikenal sebagai BBM bukanlah prioritas saya memilih menggunakan sebuah produk. Toh, sms masihlah tak bisa digantikan fungsinya oleh beragam aplikasi messenger sampai saat ini. Prioritas pertama adalah dukungan Office di perangkat tersebut. Saya sangat butuh hal itu karena saya suka menulis. Puisi, cerpen, curhat dan apa saja saya suka tulis. Ada proyek novel saya yang belum rampung sejak dimulai saat SMA sampai detik ini karena saya tak punya perangkat komputasi baik PC maupun laptop. Tak punya uang yang cukup untuk membelinya adalah alasan yang paling tak bisa diganggu gugat. Maka, pilihan dijatuhkan kepada perangkat smartphone agar satu perangkat bisa berfungsi banyak dengan pengeluaran sekecil-kecilnya (prinsip ekonomi).
Cinta Produk Saudara Jauh
Jika ditanya laptop merk apa yang saya inginkan maka, jawaban yang akan saya berikan adalah laptop merk SONY. Jika ada dananya sayapun pasti akan membeli smartphone bermerk SONY. Alasannya adalah menurut saya SONY merupakan perusahaan yang mengutamakan kualitas tinggi dalam setiap produknya sehingga berharga di atas rata-rata. Kalau begitu mengapa tidak Apple saja supaya lebih premium? Tidak, terimakasih. Apple adalah perusahaan yang memproduksi perangkat bersistem tertutup dan berharga sangat mahal. Untuk orang miskin seperti saya tak akan mampu memiliki produk Apple maupun SONY sejujurnya. Tetapi keduanya sebanding dan saya memilih SONY karena alasan "saudara jauh." Ingat SONY adalah perusahaan Jepang. Saya cinta produk Asia.
Smartphone Android Pengganti: QWERTY atau Kamera?
Karena sudah merasa bosan dengan perangkat Android yang saya gunakan selama lebih dari setahun ini maka, saya berpikir untuk membeli yang baru dan mengistirahatkan perangkat yang sedang dipegang saat ini. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya bahwa saya adalah penggemar ponsel ber-QWERTY supaya saya mudah dalam menuangkan ide ke dalam sebuah tulisan. Pilihan yang cocok ada pada Samsung Galaxy Chat, Android touch and type keluaran awal 2013. Minusnya ukuran diagonal layarnya sama dengan Young yaitu hanya 3 inchi. Lalu dari besaran megapixel kamera juga tak ada peningkatan yaitu dipertahankan 2 MP saja meskipun pada saat dibandingkan dengan kepunyaan teman saya kualitas gambar yang dihasilkan lebih jernih dan tidak blur daripada hasil kamera Galaxy Y milik saya. Besaran kecepatan CPU hanya berbeda sedikit saja (832 MHz pada Young berbanding 850 MHz pada Chat). Kapasitas RAM-pun demikian tipis bedanya, hanya berselisih 105 MB. Secara keseluruhan memang Chat lebih baik daripada pendahulunya yakni Young.
Tetapi dengan rentang harga yang sama (Rp1.200.000,- berdasarkan harga April 2013) tersedia Smartfren Andromax i dengan membawa fitur yang lebih menggiurkan: layar 4 inchi, CPU 1 GHz dualcore, RAM 512 MB, dengan dukungan kamera beresolusi besar 5 MP ditambah lagi dengan kamera depan beeukuran pixel 1,3 MP. Wow, menggoda sekali bukan? Cuma sayang sinyal CDMA menjadi pengganjal karena tak atau belum semua daerah ter-cover jaringan fixed seperti itu. Semakin mengecewakan karena mendukung dual SIM dual standby CDMA-GSM tetapi selain kartu GSM hanya bisa diaktifkan hanya apabila slot CDMA yang terkunci kartu bernomor smartfren diisi juga hanya mendukung jaringan 2G GPRS dan EDGE saja. Sayang sekali mengingat saya seperti kebanyakan orang Indonesia pada umumnya lebih senang memakai jasa operator GSM.
Jika anggaran dinaikan sedikit (tambah Rp200.000,- menjadi Rp1.400.000,-) saya bisa membeli SONY Xperia Tipo dengan fitur standar saja seperti layar hanya berukuran diagonal 3.2 inchi (lebih lebar 0,2 inchi dari Young), kamera 3 MP (tidak terlalu jauh), clockspeed CPU 800 MHz (di bawahnya), RAM 512 MB (lebih besar 163 MB dari Galaxy Y). Atau jika anggaran ditambah lagi menjadi lebih tinggi lagi hingga pas mentok di Rp2.000.000,- saya bisa mendapatkan SONY Xperia Miro dengan fitur lebih wah daripada Tipo tetapi dibawah Andromax-i: layar 3,5 inchi, kamera 5 MP dengan flash dan kamera depan VGA dan CPU serta RAM yang sama besarnya dengan milik Tipo. Tetapi sebenarnya di harga Rp1.600.000,- tersedia Smartfren Andromax-u dengan fitur lebih wah lagi: layar 4,5 inchi, kamera 8 MP tabpa flash dan kamera depan 2 MP, dualcore CPU 1,2 GHz ditambah RAM sebesar 768 MB. Dan saudara kandung i ini juga mengalami masalah yang sama pada sistem dual SIM-nya menurut sumber-sumber di grup facebook.
Akhir Kata: Jadi, Pilih yang Mana?
Wow, akhirnya pilihan ini memberatkan kepala juga. Android keluaran smartfren (dua-duanya) meskipun dengan spesifikasi hardware yang mumpuni adalah produk Cina yang dibundel dengan layanan telekomunikasi dan data CDMA smartfren. Agak trauma mengingat saya pernah menggunakan perangkat tablet Cina dan saya merasa kecewa dengan kinerjanya. Ditambah isu jaringan CDMA yang tidak merata. Sedangkan produk SONY terasa kemahalan bagi saya yang berkantong tipis. Apakah saya harus (lagi-lagi) produk Samsung dan kadung menjadi fanboy-nya dengan membelanjakan uang saya sebuah Samsung Galaxy Chat? Ini urusan selera, keinginan, dan kebutuhan yang berbenturan. Jadi, sementara masih pusing menimbang-nimbang pilihan dana amggaran belanja haruslah terlebih dahulu disiapkan. Syukur-syukur ada dana tambahan sehingga bisa membeli perangkat yang lebih canggih dan lebih mahal. Dan terimaksih sudah meluangkan waktu untuj membaca tulisan saya yang panjang ini yang masih harus disunting mengingat akan ada banyaknya typo akibat mengetik di leayar hape yang sempit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar