Rabu, 06 November 2013

#Cerpen: Kecap

"De, minum darah ya, De?" Abangku mulai lagi. Lelucon yang sudah mulai agak basi. Tapi kau pasti akan mengernyitkan dahi saat kau pertama kali mendengarnya berkata begitu. Tapi lama kelamaan kau pun akan terbiasa. Seperti di lain waktu dan lain kesempatan, aku membalasnya dengan ejekanku yang sudah basi pula: "Idih, Abang minum lumpur, air comberan. Wek!" Dan seperti biasanya kamipun akhirnya tertawa bersama. Kami bergembira karena kebasian lelucon yang kami buat ini, setiap hari. Mamang penjual bakso sudah terbiasa dengan kami dan lelucon yang kami buat. Jadi, dia selalu menertawakan kami juga.
Tapi, selama dua hari ini hal itu tidak terjadi karena tidak pula kulakukan. Begitupun juga dengan Abangku apalagi si Mamang penjual bakso yang selalu lewat pukul dua belas siang di depan rumahku. Itu karena Abang sudah tidak lagi tinggal di rumah ini. Abang pergi. Ya, dia pergi.
Seminggu lalu datang surat yang tak diduga kedatangannya. Abangku menyembunyikan apa yang ia lakukan dan rencanakan. Seisi rumah tidak ada yang tahu kalau Abang melamar beasiswa ke Swiss. Abangku ingin melanjutkan pendidikan Fisikanya di sana. Itu mungkin juga karena dia ingin dekat dengan CERN, dia sudah bilang ribuan kali kalau suatu saat dia akan bekerja di sana. Ahaha. Aku senang-senang saja mendengarnya. Tapi sejak surat itu tiba di rumahku, aku menjadi lebih sering mengkhawatirkan sesuatu yang aku tidak tahu.
Lalu, tiga hari yang lalu Abang pamit. Yah, dia pergi ke Alpen. Ayah, Bunda, Kakek, Nenek, Paman, Bibi, serta semua keponakan mengantar Abang ke bandara. Aku tidak ikut. Aku takut. Aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Maka, aku diam saj di rumah dan mengunci diri di kamar. Abang ...
Darah yang dimaksudkan kakakku itu adalah kuah bakso yang merah karena kebanyakan saos tomat di mangkukku sedangkan lumpur yang kumaksdukan adalah kuah bakso yang dimakan Abang terlalu hitam karena terlalu banyak dikecapi. Kuah baksoku terasa asam dan getirnya sedangkan kuah bakso kakakku terasa manis dan pahit. Tapi kami sama-sama menambahkan lima sendok makan sambal cabai di masing-masing kuah. Dan dua hari ini aku sudah tidak lagi makan bakso, karena Abangku tidak lagi bersamaku. Dia pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar