Kamis, 19 Desember 2013

Surat Terbuka untuk Teman yang Tak Pernah Kuhubungi

Dear Friends,
Kita sudah lumayan cukup lama berkenalan,berteman, dan bersahabat. Di dunia nyata mungkin kita sudah jarang bertemu, akan tetapi di dunia maya aku masih sangat sering melihat status-statusmu.
Aku beberapa kali me-retweet statusmu atau menyematkan tanda suka dan seringkali aku terkikik membaca apa yang kautulis. Kadang-kadang ada rasa kesal karena aku tak suka dengan tulisanmu yang sedikit ekstrem. Terkadang aku juga mengomentarinya dan kau terkadang tak membalas komentarku lagi. Tak apa aku maklum. Mungkin kamu sedang sibuk mengerjakan tugas.
Aku juga kadang tak suka apalagi kamu me-like statustu atau mengomentarinya. Tapi mohon maklum, meskipun aku ingin statusku di-like, aku tak akan begitu suka apabila statusku yang menggambarkan penderitaanku dibaca orang. Aneh memang. "Tapi sudah sepantasnya kita jangan terlalu banyak mengeluh di media sosial" seseorang pernah bernasihat seperti itu.
Tapi kita paham bahwa kita masih labil karena kita masih remaja dan terlalu mudah menerima apa saja yang ditawarkan dunia melalui globalisasi. "Jangan cari siapa salah, kta harus berintrospeksi diri". Seseorang yang lain juga bernasihat seperti itu.
Kawan, aku merasa sedih juga dengan keadaan ini. Meskipun kita saling mengenal di dunia nyata dan aku punya nomormu -aku yakin kamu juga menyimpan nomorku- tetapi kita tak banyak saling berkomunikasi. Mungkin aku yang salah karena aku cukup egois dengan tenggelam ke dalam perasaa stresku dengan masalah-masalah yang kuhadapi. Dan aku sungguh egois dengan tidak datang kepadamu dan mencurahkan semuanya. Meskipun kamu tidak bisa membantu menyelesaikan masalahku, tetapi kehadiranmu akan bisa mengurangi bebanku. Karena kau adalah sahabatku. Maafkan aku karena kurang begitu percaya padamu, kawan. Maafkan aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar