Minggu, 30 Maret 2014

#Catatan: Kulakukan Apa yang Kubisa Lakukan

Kulakukan Apa yang Kubisa Lakukan
30 Maret 2014; 17:40

Hampir setiap hari aku berkunjung ke sini: toko buku besar di sudut lantai dua mal kecil di kota kecilku. Jangan langsung menuduhku sebagai orang kaya, yang setiap saat bisa membeli buku baru terbit, fresh from the oven, di sini. Tapi kalau prasangkamu soal aku yang hanya numpang baca buku, kamu benar seratus persen. Haruskah aku beri poin seratus kepadamu? Silahkan ambil poinmu dari mana pun asal jangan minta dariku. Ha ha ha.
Tak ada larangan untuk melakukan itu, bukan? Tak akan ada hukuman karena apa yang aku lakukan ini tak melanggar hukum. Toh aku hanya menumpang baca buku yang sudah dibuka plastiknya. Aku tak pernah meminta seorang penjaga toko pun untuk membuka satu buku saja, karena aku tak berani. Memangnya pengunjung diperbolehkan meminta itu? Aku tak tahu karena aku belum pernah mencoba.
Tapi tunggu dulu! Aku tak selamanya menjadi penumpang baca buku gratis. Ada kalanya -sekitar sebulan atau dua bulan sekali- ketika uang beasiswa dicairkan, aku membeli satu atau dua buku dari sini sebagai bentuk pertanggungjawabanku karena telah mengizinkan si miskin ini untuk menimba ilmu dari satu dua lembar halaman dari beberapa buku yang sudah dibuka plastiknya. Rupiah yang aku keluarkan untuk memboyong maksimal dua buku itu pun aku tasbihkan sebagai sebuah bentuk rasa terima kasihku untuk toko buku dan para pegawainya yang telah memberikan tempat mengadu di kala aku merasa galau karena satu dan lain hal. Kamu mau tahu apa yang menyebabkanku galau? Lebih baik tak usah. Aku tak ingin menceritakannya sekarang. Tunggu lain kesempatan saja.
Mengapa pula aku begitu rajin berkunjung ke toko buku ini? Itu karena aku ini sudah dicap sebagai si "kutu buku" oleh guru-guru SD-ku dulu. Mereka semua pantas mendapatkan seratus poin untuk itu. Sama sepertimu juga yang berhasil menebak apa yang kulakukan di toko buku -di awal tulisan ini. Aku memang suka sekali membaca bacaan apapun -bahkan kepala sekolah SD-ku pun pernah menyindirku begini: "Dia ini saking sukanya membaca sampai-sampai kertas koran bungkus terasi pun tak dilewatkan untuk dibaca." Terima kasih bapak kepsek. Saya senang dipuji seperti itu. Tetapi mungkin -dan orang-orang yang disebut ilmuwan itu berteori bahwa orang yang gemar membaca akan memberikan keinginan kuat bagi seseorang untuk menulis. Aku setuju. Aku pun ingin dan selalu ingin menulis. Cita-citaku adalah menjadi seorang penulis. Banyak hal yang membuatku menginginkan menjadi salah satu dari kumpulan orang yang tulisannya dibaca orang banyak. Salah satunya adalah karena menulis itu mengasyikan. Ada yang mau membantah pernyataanku ini? Cobalah perbanyak bahan bacaan kalian dan rasakan datangnya keinginan untuk menulis sebuah cerita pendek saja atau puisi. Meskipun sudah banyak tulisanku -kebanyakan hanya menumpuk di hard disk laptop atau kartu memori handphone dan sebagian ada yang sudah diterbitkan di blog pribadiku- tetapi belum ada satupun yang terbit sebagai buku. (Loh, yang di blog itu tak dihitung?) Mungkin butuh beberapa waktu lagi baru ada minmal satu saja yang terbit menjadi buku. (Eh, apakah aku malas menghubungi penerbit di luar sana?)
(Lalu mengapa judul tulisan ini "Kulakukan Apa yang Kubisa Lakukan? Coba baca kembali dan simpulkan apa yang kumaksud)
Salam,

Sodikin Gross

Tidak ada komentar:

Posting Komentar